Pilot AirAsia QZ8501 Tinggalkan Kursi dan Matikan Sistem FAC?

Otoritas Prancis memulai penyelidikan dugaan tindak kriminal atas musibah jatuhnya AirAsia QZ8501 di Laut Jawa.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 03 Feb 2015, 07:13 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2015, 07:13 WIB
Ilustrasi Pesawat AirAsia (5)
Ilustrasi Pesawat AirAsia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Tim investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) baru merilis hasil temuan awal terkait kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 pekan lalu. Sejumlah fakta diungkap. Salah satunya, pesawat dikendalikan oleh kopilot asal Prancis Remi Immanuel Plesel, sementara Kapten Pilot Iriyanto saat itu bertugas sebagai pilot monitoring  untuk mengawasi indikator-indikator dalam pesawat.

Reuters yang mengutip 2 sumber dekat terkait investigasi AirAsia QZ8501 menyebut kapten pilot meninggalkan kursi di kokpit pesawat.

Selain itu, Reuters yang juga mengutip Bloomberg juga mengabarkan bahwa kapten pilot mereset sistem Flight Augmentation Computer (FAC) dan menarik saklar pemutus tenaga listrik pada sistem pengendali tersebut. Langkah tersebut dilakukan untuk mengatasi gangguan pada FAC.

Dengan terputusnya daya listrik, seluruh sistem komputer pada sistem utama ataupun cadangan bakal lumpuh yang otomatis membuat flight protection system atau sistem proteksi penerbangan menjadi tidak aktif.

Meski demikian, seperti dipaparkan sumber Reuters, hal itu belum tentu menjadi salah satu faktor penyebab pesawat menanjak drastis dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki dalam waktu singkat, karena pilot masih punya sistem kendali manual.

Saat dikonfirmasi, Ketua Subkomite KNKT Masruri secara tegas membantah apa yang dijelaskan sumber Reuters tersebut, terutama soal pilot meninggalkan kursi dan mematikan sistem FAC.

"Nggak ada fakta itu di data kami. Itu tahunya dari mana? Apakah di pesawat ada CCTVnya?" ujar dia saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Selasa (3/2/2015).

Masruri menjelaskan, tim investigasi KNKT saat ini masih melakukan penyelidikan secara mendalam atas jatuhnya pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat untuk bersabar dengan hasil penyelidikan secara menyeluruh

"Saya juga berharap masyarakat tak terpengaruh oleh kabar yang belum terkonfirmasi oleh pihak berwenang," ujar dia.

Senada dengan Masruri, investigator KNKT Ertata Lananggalih juga membantah kabar bahwa kapten pilot meninggalkan kursi dan memastikan sistem FAC. "Hingga saat ini, tidak ada indikasi seperti yang dikabarkan itu," ujar Ertata kepada Reuters yang dimuat pada Senin 2 Februari 2015.

Penyelidikan Kriminal>>>

Penyelidikan Kriminal

Penyelidikan Kriminal

Otoritas Prancis memulai penyelidikan dugaan tindak kriminal atas musibah jatuhnya AirAsia QZ8501 di Laut Jawa, setelah Kopilot dari negaranya, Remi Immanuel Plesel disebutkan mengendalikan pesawat tersebut.

"Seorang hakim Prancis akan menyelidiki kemungkinan telah terjadi 'pembunuhan yang tidak disengaja' terkait kecelakaan AirAsia QZ8501 yang menewaskan 162 orang," demikian disampaikan sumber dari Pengadilan Prancis, seperti dimuat AsiaOne.

Menanggapi hal tersebut, Masruri menegaskan hingga saat ini pihak KNKT belum menemukan adanya indikasi tindakan kriminal. "Jika ada, dari kemarin-kemarin pasti kita sudah laporkan ke polisi," tegas dia.

KNKT sebelumnya mengumumkan sejumlah fakta dari hasil pemeriksaan terhadap Black Box atau kotak hitam pesawat, di antaranya pesawat AirAsia QZ8501 sebelum diterbangkan dalam kondisi yang layak dan dalam keadaan seimbang saat diterbangkan (on board), semua awak pesawat mempunyai lisensi yang berlaku serta mengantongi sertifikat kesehatan (medical certificate),

Selain itu, "second in command" atau "kopilot" yang menerbangkan pesawat (flying pilot) dengan posisi di sebelah kanan, sementara pilot atau kapten pilot berada di sebelah kiri sebagai "pilot monitoring".

Pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak di perairan antara Pulau Belitung dan Pulau Kalimantan dengan titik koordinat 03.22.46 LS dan 108.50.07 BT dengan membawa 155 orang penumpang yang 6 orang di antaranya anak-anak dan seorang bayi. Pesawat AirAsia QZ8501 berangkat dari Bandara Juanda Sidoarjo  pukul 05.12 WIB menuju Singapura.

Tim pencari gabungan Badan SAR Nasional (Basarnas) hingga kini telah mengevakuasi 77 jenazah korban AirAsia QZ8501. Sebanyak 64 di antaranya telah teridentifikasi. Sebagian dari mereka sudah dimakamkan. (Riz)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya