Selamat Jalan Tatang Koswara Sniper Terbaik Dunia...

Beberapa menit setelah menuturkan sepak terjangnya sebagai pahlawan bangsa, Tatang pingsan. Lalu menghembuskan nafas terakhir.

oleh Rizki GunawanKukuh Saokani diperbarui 05 Mar 2015, 00:05 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2015, 00:05 WIB
Tatang Koswara
"Sniper" Terbaik Dunia Tatang Koswara (foto: Okan Firdaus)

Liputan6.com, Bandung - Malam itu, 3 Maret 2015, Tatang Koswara tampil dalam acara "Hitam Putih" di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Salah sniper atau penembak jitu terbaik dunia itu bercerita pengalamannya ketika menjadi sniper puluhan tahun lalu.

Namun tak disangka, beberapa menit setelah menuturkan sepak terjangnya sebagai pahlawan bangsa, Tatang pingsan. Tak lama, ia menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 68 tahun, karena serangan jantung.

Kabar duka itu diungkapkan pertama kali oleh presenter "Hitam Putih" Deddy Corbuzier. "Innalillahi wainna ilaihi rojiun Bapak Tatang Koswara memejamkan mata untuk yang terakhir kalinya. #hitamputihberduka," kicau @corbuzier.

"Beliau meninggal setelah menceritakan semua perjuangannya pada kita di Hitam Putih hari ini #hitamputihberduka," tulis Deddy dalam kicauan selanjutnya.

Anak ketiga almarhum, Tubagus Abdiyuda  menceritakan, sebelum meninggal, ayahnya sempat merasakan sesak nafas usai jeda segmen pertama di acara tersebut.

"Jadi setelah beberapa segmen, ada selingan artis cilik Alifa, ada Polwan juga. Terus ketika masuk segmen bapak selanjutnya sudah terasa. Jantungnya sesak," jelas Yuda. Peristiwa itu, lanjut dia, terjadi sekitar pukul 19.00 atau 19.30 malam.


Tatang Koswara saat pingsan di acara Hitam Putih (Credit foto: Mastercorbuzier.com)

Setelah itu, Tatang langsung dibawa ke rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Namun, nyawa sniper andal itu tidak bisa diselamatkan.

Tatang Koswara lahir di Medan, 16 Desember 1946. Dia meninggalkan seorang istri bernama Tati Hayati dan empat orang anak. Tatang pernah mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri, di antaranya penghargaan Bintang Seroja karena beberapa kali melaksanakan misi militer di Timor Timur pada 1977-1978.

Jenazah Tatang dimakamkan di TPU Sayuran di Jalan Sayuran, Kelurahan Cangkuang, Kecamatan Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung pada Rabu 4 Maret pagi menjelang siang tadi.

Prosesi pemakaman dilakukan secara militer dengan dipimpin inspektur upacara Kapten Dadiya Skogar 42 TNI AD. Secara simbolis letupan senjata mengiringi saat jenazah yang dipayungi bendera merah putih masuk ke liang lahat.

Bersimbah di Merah Putih

Saat diwawancara Deddy Corbuzier dalam tayangan "Hitam Putih", Tatang Koswara menceritakan sejumlah pengalamannya sebagai sniper. Seperti di saat pelurunya tersisa 1 setelah menembak 49 lawan ketika perang melawan Fretelin dalam operasi di Timor Timur 1977-1978.

"Sebelum beliau meninggal, ia menceritakan bagaimana kisahnya saat hidup dan menjadi pahlawan bangsa Indonesia… Melumpuhkan 49 lawan dengan 50 butir peluru…," ungkap Deddy Corbuzier dalam blog pribadinya, Mastercorbuzier.com.

"Dan menyisakan 1 butir tuk dirinya sendiri bila ia tertangkap…. Ya, ia akan menembak dirinya sendiri dibanding jatuh di tangan lawan," imbuh dia.

Namun ada 1 lagi cerita yang belum Tatang ungkap ke publik di acara "Hitam Putih". Yakni keinginan agar darahnya bersimbah di Sang Saka Merah Putih bila ia meninggal. Hal itu diungkapkan langsung oleh sniper terbaik ke-13 di dunia tersebut kepada Deddy di belakang panggung ketika break iklan.

"Saat saya tertembak di kaki saya… Saya mengikatnya dengan ikat kepala saya yang menyerupai bendera Merah Putih… Dan menyelipkan foto istri saya di sana.. Dan saya mengatakan pada diri saya sendiri…bila saya harus mati saat ini.. Maka buatlah darahku bersimbah di Merah Putih…" jelas Deddy.

Ilustrasi bendera Merah Putih


Di mata keluarga, Tatang Koswara dikenal sebagai pria tegas namun penyayang dan peduli kepada sesama. Selain itu Tatang memiliki jiwa nasionalisme yang sangat tinggi.

"Bapak itu baik, tapi tegas dan disiplin dan nasionalismenya tinggi. Jiwa militernya tersebut diterapkan di rumah kepada anak-anaknya," kata putra ketiga Tatang, Tubagus Apdi Yudha, di rumah duka Jalan Sayuran Kavling Lumba-lumba, Dayeuh Kolot, Bandung, Rabu 4 Maret.

Meski berat melepas kepergian ayahanda, Yudha mengaku bangga dengan apa yang dilakukan oleh sang ayah demi bangsa dan negara.

"Saya bangga sama bapak, penghargaannya banyak. Bapak pun menceritakan dan menggambarkan teknik menembak yang baik dan benar. Saya tambah bangga kepada bapak," ucap dia.

Yudha mengaku tidak memiliki firasat sebelum Tatang Koswara menghembuskan nafas terakhirnya, namun sejak tiga bulan yang lalu Tatang kerap kali berpesan kepada dirinya untuk menjaga ibunya.

"Sejak tiga bulan lalu, bapak suka bilang jaga omah ya Da (Yuda), kamu sebagai anak lelaki satu-satunya. Itu beberapa kali dikatakan," tandas Tubagus.

Kenangan Sang Cucu>>>

Kenangan Sang Cucu

Kenangan Sang Cucu

Masih ada banyak kenangan di benak cucu Tatang Koswara, Yoga Taufik. Sang cucu mengungkapkan dirinya pernah diperlihatkan aksi menembak sang kakek di ruang terbuka. Saat itu yang menjadi sasaran adalah burung yang tengah terbang.

"Saking jagonya kakek pernah nembak burung cuman nembak tiang listrik dulu. Jadi pelurunya belok dan kena (burung)," ucap Yoga.

Pantas sajalegenda dalam melakukan tembakan jarak jauh diakui dengan masuk menjadi salah satu sniper elit dunia. Ditambahkannya keseharian sang kakek juga diisi dengan melatih menembak anggota TNI dan juga berburu.

"Sekarang aktif melatih nembak. Cuman dulu kakek sering berburu. Banyak hewan buruan yang dibawa kakek kerumah," jelasnya.

Yoga menuturkan selama aktif menembak, sang kakek sangat menyayangi senapan Winchester model 70 yang digunakannya saat bertempur di Timor Leste 38 tahun silam.

"Itu senjata kesayangan kakek. Jaraknya sekitar 900 meter. Tapi kalau kakek bisa nyampe jarak tembak hingga 1 kilometer," ujar dia.

Selama puluhan tahun, Tatang menyembunyikan profesinya sebagai sniper. Baru kemudian, setelah sebuah buku bertajuk "Sniper Training, Techniques, and Weapons" karya Peter Brookesmith terbitan tahun 2000, kiprahnya terungkap ke publik.

Yoga Taufik Sanjaya (23) mengatakan setelah dikenal masyarakat, kakeknya tersebut sangat bahagia seperti ada beban yang lepas dalam hidupnya. Ia juga mulai bersemangat untuk sembuh dari penyakit jantungnya.

"Setelah dikenal publik dan diangkat media, kelihatan ada beban yang hilang, Di mana pengabdiannya kepada negara diketahui publik dan jadi lebih semangat untuk sembuh," tutur Yoga di rumah duka Jalan Sayuran Kavling Lumba-lumba, Dayeuh Kolot, Bandung, Jawa Barat.

Menurut dia, setelah identitas Tatang diketahui, sang kakek mulai terbuka kepada dirinya yang merupakan cucu tertua, termasuk kisah saat berperang di Timor Leste (saat itu bernama Timor Timur). Hal itu yang menjadi salah satu kenangan yang cukup berkesan bagi sang cucu.

"Kakek punya baju perang yang ada tulisan nama anak buahnya yang tewas. Selain itu ada juga kalung itu sebagai penyemangat dan pengenang. Terus pernah cerita diajari menembak oleh Amerika dan tentang nasionalismenya," ucap Yoga.

Selain berani, cerdas, lihai menembak, Tatang Koswara juga dikenal sebagai sosok yang sederhana. Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Wuryanto, uang pensiunan Tatang yang berpangkat Peltu tak lebih dari 1 juta. Namun demikian, ia mengaku uang bukanlah segalanya. Hidup bahagia bukan berarti mewah.

Semoga sosok Tatang menjadi inspirasi bagi putra dan putri bangsa lainnya untuk mencontoh dan menjadikannya sebagai teladan. Selamat jalan Tatang Koswara sniper terbaik dunia... (Riz)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya