Liputan6.com, Jakarta - China mengumumkan akan mengenakan tarif 84 persen atas barang-barang Amerika Serikat (AS) mulai Kamis, 10 April 2025 membayangi bursa saham AS atau wall street. Balasan China ini setelah tarif AS mencapai 104 persen atas barang impor China.
Mengutip CNBC, Rabu (8/4/2025), pada sesi perdagangan, indeks S&P 500 cenderung mendatar. Pelaku pasar mencari titik terendah setelah berhari-hari bergejolak. Indeks Dow Jones melemah tipis 57 poin atau 0,2 persen. Sedangkan indeks Nasdaq naik 0,7 persen.
Baca Juga
Selain China, Uni Eropa (UE) juga menyetujui serangkaian tarif pertamanya atas barang AS yang akan dimulai 15 April 2025.
Advertisement
Tarif AS atas impor dari negara lain juga mulai berlaku. Kanada kembali menegaskan rencana pada Selasa, untuk memberlakukan tarif balasan atas kendaraan buatan AS. Ini termasuk kendaraan yang tidak mematuhi perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada.
Sejumlah pelaku pasar tampak bersemangat pada Rabu pagi waktu setempat setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan akan mengambil peran negosiasi utama dalam pembicaraan tarif.
Adapun wall street akan lebih suka peran lebih besar Bessent daripada Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan penasihat perdagangan Peter Navarro.
Tak lama setelah pasar dibuka pada Rabu, Presiden AS Donald Trump mendesak investor tetap tenang dalam sebuah unggahan di Truth Social. Donald Trump juga menambahkan ini adalah waktu yang tepat untuk membeli.
Kecemasan terhadap tarif dagang AS telah memicu koreksi selama empat hari di pasar saham AS. Volatilitas berlanjut pada Selasa, dan sempat membuat indeks S&P 500 naik lebih dari 4 persen pada satu titik sebelum ditutup melemah 1,6 persen.
Indeks Dow Jones menguat 3,9 persen ke posisi tertinggi pada Selasa, tetapi akhirnya susut 0,8 persen pada akhir perdagangan. Adapun indeks secara umum turun hampir 19 persen dari rekor tertingginya.
China Naikkan Tarif Barang AS Jadi 84 Persen
China kembali membalas kebijakan tarif impor yang diluncurkan Presiden AS Donald Trump. China kerek tarif impor barang AS hingga lebih dari 80%.
Mengutip CNBC, menurut keterangan Kantor Komisi Tarif Dewan Negara yang dikutip tarif atas barang-barang AS yang masuk ke China akan naik menjadi 84% dari 34% mulai 10 April 2025.
Kenaikan ini dilakukan sebagai respons terhadap kenaikan tarif AS terbaru atas barang-barang China hingga lebih dari 100% yang dimulai pada tengah malam ini.
Kenaikan tarif yang saling berbalas ini mengancam akan menghancurkan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia. Menurut Kantor Perwakilan Dagang AS, AS mengekspor barang senilai USD 143,5 miliar ke China pada 2024, sementara mengimpor produk senilai USD 438,9 miliar.
Pemerintahan Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang menyeluruh minggu lalu, dan memperingatkan negara-negara lain agar tidak membalas. Beberapa negara, termasuk Jepang, tampaknya bersedia bernegosiasi mengenai tarif, tetapi Tiongkok tampaknya mengambil sikap yang lebih keras dan dengan cepat mengumumkan tarif balasan.
Advertisement
Donald Trump Naikkan Tarif Impor dari China jadi 104%
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 104%.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt mengungkapkan bahwa kebijakan baru tersebut akan mulai berlaku pada Rabu, 9 April 2025.
Melansir CNN, Rabu (9/4/2025) Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 50% setelah China tidak menarik kembali keputusannya untuk mengenakan tarif balasan sebesar 34% pada barang-barang impor dari AS, dengan menambahkan bea masuk tambahan sebesar 84%.
"Tiongkok ingin membuat kesepakatan, mereka hanya tidak tahu bagaimana melakukannya," ujar Karoline Leavitt.
Trump awalnya mengenakan tarif 10% pada semua barang impor dari China pada bulan Februari 2025, tanpa pengecualian, yang dikaitkan dengan dugaan peran negara tersebut dalam membantu imigrasi ilegal dan memasukkan obat fentanil ke AS.
Bulan lalu, ia menggandakan tarif tersebut.
Sebagai informasi, China merupakan sumber impor terbesar kedua AS tahun lalu, dengan total pengiriman barang senilai USD 439 miliar ke AS, sementara AS mengekspor barang senilai USD 144 miliar ke China.
