'Wisata' Eksekusi Mati di Dermaga Wijaya Pura Cilacap

Sejumlah warga sekitar Cilacap mendatangi Dermaga Wijaya Pura untuk melihat langsung suasana dermaga yang saat ini menyedot perhatian.

oleh Oscar Ferri diperbarui 06 Mar 2015, 04:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2015, 04:00 WIB
Pengamanan di pintu masuk ke Pulau Nusakambangan di dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah diperketat.
Pengamanan di pintu masuk ke Pulau Nusakambangan di dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah diperketat.(Liputan6.com/ Idhad Zakaria)

Liputan6.com, Cilacap - ‎Adhi (37) sibuk memarkirkan sepeda motor bebeknya di depan sebuah warung kopi, Dermaga Wijaya Pura, Cilacap, Jawa Tengah. Dia tak sendiri, ada banyak orang-orang juga memarkirkan kendaraannya di dekat situ.

Adhi dan yang lainnya bukan hendak menyeberang ke Pulau Nusakambangan dari dermaga yang berada di Desa Wijaya Pura, Tambakreja, Cilacap, Banyumas, Jawa Tengah itu. Tapi dengan datangnya orang-orang itu Dermaga Wijaya Pura, Kamis (5/3/2015) sore menjadi 'sibuk'.

Adhi yang mengenakan celana pendek jeans dan kaos lengan panjang garis-garis warna biru-hitam itu tampak santai usai turun dari motornya. Sambil sesekali menghisap rokok kretek yang sudah setengah itu ia berjalan mendekati gerbang Pos Penjagaan Dermaga Wijaya Pura.

Tak jelas maksud tujuannya. Yang pasti, saat itu sejumlah keluarga terpidana mati asal warga negara asing baru saja dari seberang pulau. Mereka habis membesuk‎ ‎anggota keluarga mereka yang kini menanti harap-harap cemas, kapan timah panas dari eksekutor ditembakkan.

‎Sorot mata Adhi juga tampak datar menatap para kerabat maupun keluarga terpidana mati dikerubungi awak media. Hendak diwawancara meski banyak yang memilih tutup mulut. Sorot mata Adhi terus bergerak, mengikuti langkah para keluarga terpidana mati. Matanya baru beralih ke spot yang lain ketika keluarga terpidana mati itu memasuki kendaraan mereka.

‎Saat ditanya, Adhi mengaku datang hanya untuk melihat-lihat. Tak ada keperluan lain selain hanya ingin mengetahui lebih dekat bagaimana dermaga yang belakang menjadi 'terkenal' beberapa waktu terakhir itu.

"Mau lihat-lihat saja dari langsung, mas," ujar warga Tegal, Jawa Tengah ini.

Adhi mengakui merupakan warga Tegal. Sudah 2 hari dia berada di Wijaya Pura. Menginap di rumah saudaranya di dekat dermaga. Selain ada keperluan dengan saudaranya, dia memang menyempatkan diri untuk mengetahui dari dekat keadaan dermaga yang jadi sibuk menjelang pelaksanaan eksekusi mati tahap 2‎.

Adhi bukan satu-satunya. Rista (28) juga punya maksud serupa. Warga Purwokerto ini datang ke sini karena memang niat. Bersama teman-temannya dia berangkat menggunakan mobil.

"Iya mas, mau nonton dari dekat saja, karena kan dari kemarin-kemarin lihatnya dari televisi saja," kata Rista dalam logat Jawa kental khas Banyumas ini.

Omset Pedagang Naik

Banyak 'wisatawan' itu rupanya membawa berkah bagi sejumlah pedagang yang memang sudah membuka warung di dekat dermaga. Warung-warung di dekat dermaga menjadi ramai pembeli. Bahkan tak jarang beberapa warga pada akhirnya 'nongkrong' di warung mereka untuk sekadar istirahat.

Misalnya saja Imah (35). Warga Wijaya Pura ini mengaku omset jualannya naik sejak seminggu terakhir. Namun, dia enggan merinci berapa peningkatan keuntungan‎ yang diperolehnya selama 7 hari terakhri ini.

"Alhamdulilah, jadi naik keuntungan. Pokoknya ramai, keuntungan naik," kata ibu anak satu ini.

Imah memang mau tak mau bekerja lebih ekstra keras dalam beberapa hari terakhir. Dia harus segera menggoreng makanan ringan jika sudah habis. Belum lagi, jika ada yang mau hendak memesan kopi atau teh manis, bahkan mi, dia harus cepat-cepat merebus air. Ditambah, dia juga harus menyisihkan waktu di pagi hari untuk ke pasar guna menyetok logistik dagangannya.

Di samping warga, banyak juga awak media yang menjadikan warungnya 'base camp' selama meliput di Wijaya Pura sepanjang hari. Warungnya dijadikan tempat para awak media itu mengolah hasil liputannya menjadi sebuah berita. Mau tak mau juga, Imah harus mengeluarkan stop kontak dengan kabel rol untuk para awak media mengisi 'peralatan tempur' mereka.

"Wartawan juga banyak jadi nongkrong di sini. Pada bikin berita atau edit-edit foto di sini. Karena kadang ponsel atau laptopnya habis baterai, jadi ngecas di sini juga," ucap Imah yang mengaku kurang tidur sepanjang 2 hari ini.

Pelaksanaan Eksekusi Mati

Kejaksaan Agung akan melakukan eksekusi mati tahap 2 dalam waktu dekat ini di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Namun, belum diketahui pasti kapan tepatnya eksekusi mati itu dilakukan.

Dari informasi yang dihimpun, eksekusi mati tahap 2 akan dilakukan jika semua terpidana mati sudah dikumpulkan. Dari 11 terpidana mati yang belum dieksekusi, 8 terpidana kasus narkotika di antaranya akan lebih dulu dieksekusi mati dalam tahap 2 ini.

Tanda-tanda eksekusi mati tahap 2 ini akan dilakukan dalam waktu dekat dapat dilihat dari dipindahkannya sejumlah terpidana mati kasus narkotika ke Nusakambangan. Misalnya 2 terpidana mati yang merupakan kelompok Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran telah dipindahkan dari Lapas Kerobokan, Bali ke Lapas Besi, Nusakambangan, Rabu 4 Maret pagi. Duo terpidana mati asal Australia itu tiba di Dermaga Wijayapura, Cilacap sekitar pukul 08.40 WIB

Selain duo Bali Nine, terpidana mati asal Cordova, Raheem Agbaja Salami juga sudah dipindahkan ke Nusakambangan‎ dari Lapas Madiun, Jawa Timur. Raheem datang di Nusakambangan tak berapa lama setelah duo Bali Nine tiba.‎ Andrew, Myuran, dan Raheemsaat ini sudah ditempatkan di Lapas Besi.

Di samping ketiganya, sudah ada 3 terpidana mati lainnya di Pulau Nusakambangan. Mereka adalah WN Perancis Serge Arezki Atlaoui, WN Brasil Rodrigo Gularte, dan WNI Zainal Abidin. Ketiganya mendekam di Lapas Pasir Putih. (Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya