TNI AD: Bocah Tertembak, Prosedur Praka Dedi Benar Tapi Teledor

Peluru lalu mengarah ke punggung hingga menembus dada Sugiono. Sampai akhirnya peluru bersarang di dada bocah Novan.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 10 Mar 2015, 09:00 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2015, 09:00 WIB
Ilustrasi Penembakan
Ilustrasi Penembakan (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Bocah bernama Novan Aditama (6) menghembuskan napas terakhir karena tertembus peluru di bagian dada saat berada di Bandara Mopah, Merauke, Papua. Peluru itu berasal dari senjata FN 64 milik Kepala Pembekalan dan Angkutan Kodam (Kabekangdam) Cenderawasih yang sedang diperiksa Praka Dedi Purwanto.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (AD) Brigjen TNI Wuryanto menjelaskan, peristiwa itu berawal saat Praka Dedi melakukan pemeriksaan terhadap senjata milik Kabekangdam yang akan terbang kembali ke Jayapura pada Senin 9 Maret 2015.

Sebagai petugas yang bertanggung jawab membantu pengamanan, Praka Dedi lalu melakukan pengosongan terhadap pistol itu.

"Saat itu, Praka Dedi melakukan prosedur pengamanan pistol. Melepas magazin, mengocok (kokang) pistol. Nah saat itu, dia merasa sudah tidak ada peluru," jelas Wuryanto melalui sambungan telepon, Senin (9/3/2015).

Saat Praka Dedi merasa aman, dilakukan pengaman terakhir dengan menembakkan ke arah atas. Tapi, belum sampai ke arah atas, pistol meletus terlebih dahulu.

"Karena dia merasa aman, dengan tanpa tenaga, santai saja begitu, dia menarik pelatuk, tapi ternyata meletus," lanjut dia.

Nahas, letusan itu bukan mengarah ke atas, tapi mendatar ke arah dinding tripleks yang ada di depannya. Tak disangka, di balik tembok ada warga bernama Sugiono yang sedang menggendong anaknya Novan.

Peluru lalu mengarah ke punggung hingga menembus dada Sugiono. Sampai akhirnya peluru bersarang di dada Novan.

"Keduanya langsung dibawa ke RSUD Merauke. Adik kita Novan akhirnya meninggal, sedangkan Pak Sugiono masih mendapatkan perawatan," kata jenderal bintang 1 itu.

Wuryanto menjelaskan, secara prosedur, proses pengamanan senjata yang dilakukan Praka Dedi sudah benar. Hanya saja, yang tidak bisa dibantah ada korban yang jatuh akibat pengamanan itu.

"Prosedurnya sudah benar, tapi tetap ada keteledoran. Karena dia di dalam ruangan, seharusnya menyempatkan diri keluar untuk melakukan pengosongan, kan itu lebih aman," ujar dia.

Praka Dedi kini menjalani pemeriksaan oleh Polisi Militer setempat. Sampai saat ini pemeriksaan masih berlangsung. "Apa pun itu di situ terjadi kelalaian, ada korban, jadi tidak lepas dari hukumlah," pungkas Wuryanto. (Mvi/Sss)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya