Liputan6.com, Medan - Manajemen Bandar Udara Internasional Kualanamu di Medan memperketat sistem pengamanan dan pengawasannya. Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya penumpang gelap seperti yang terjadi di Pekanbaru.
   Â
"Sistem kita sudah ketat, sekarang makin diperketat," kata Manejer Humas dan Protokoler Bandara Kualanamu Dewandono Prasetyo yang dihubungi di Medan, Jumat 10 April 2015.
Menurut Prasetyo, sebelum adanya peristiwa penyusupan di pesawat Garuda Indonesia, pihaknya telah menerapkan sistem keamanan ketat dengan kewajiban patroli secara rutin ke seluruh perimeter di Bandara Kualanamu. Juga banyak memasang kamera pengawas (closed-circuit television/CCTV) di setiap sudut bandara yang berada di Sumatera Utara itu, guna memantau seluruh aktivitas yang ada.
Selain mengantisipasi adanya penumpang gelap di pesawat, berbagai sistem yang diberlakukan tersebut juga untuk mencegah warga sekitar melompat di pagar Bandara Kualanamu.
Bahkan manajemen bandara juga memberlakukan aturan tidak tertulis, yakni seluruh manejer harus untuk ikut langsung mengawasi seluruh aktivitas dan situasi di sekitar Bandara Kualanamu.
"Prinsipnya, pengawasan harus makin diperketat. Kalau ada yang mencurigakan, langsung ditindaklanjuti," ujar Prasetyo.
Aksi penyusupan yang dilakukan Mario, yang kemudian ditangkap otoritas Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng, Banten, terjadi pada 7 April 2015. Dia melakukan aksi nekatnya dengan masuk ke rongga roda pesawat Garuda Indonesia jurusan Pekanbaru-Jakarta.
Kepada petugas, lelaki 21 tahun itu mengaku, nekat masuk rongga roda pesawat lantaran tak punya uang untuk membeli tiket perjalanan pesawat ke Jakarta. Beredar kabar ia hendak menemui Presiden Jokowi. (Ant/Tnt/Sun)