Liputan6.com, Yogyakarta - Kiai Muhaimin hadir di Ndalem Yudhonegaran untuk memberikan aspirasinya terkait polemik yang terjadi di Keraton Yogyakarta. Kiai asal Kotagede tersebut bertemu adik Sultan dan menyampaikan agar Keraton Yogyakarta harus utuh dan kembali pada filosofi awal.
Menurut Muhaimin, polemik keraton jelas akan mempengaruhi budaya di Yogyakarta. Terlebih, keraton menjadi pusat budaya Islam yang hingga saat ini masih eksis. Keraton Yogyakarta adalah kerajaan berbasis Islam tumbuh menjadi kekuatan budaya yang masih terawat hingga kini.
"Boleh dikata ini menusuk jantung NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Keraton Yogya ini satu-satunya kerajaan Islam sebagai center of culture. Ini menyangkut situs keislaman yang fundamental bagi kami, khususnya kiai pencinta Islam secara kultural," ujar Muhaimin di Ndalem Yudhonegaran, Yogyakarta, Kamis (7/5/2015).
Muhaimin menambahkan, Islam berbasis kerajaan seperti di Yogya ini memiliki basis sosiologi dan sejarah sendiri. Sehingga para kiai ingin menjaga dan merawatnya. Polemik yang terjadi di keraton telah membuat para kiai prihatin dan berharap polemik itu tidak berlarut-larut.
"Saya rasa Khalifatullah itu kan puncak dari gelar Sultan. Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun itu kan konsep kepemimpinan dalam kultur Jawa. Di sana pedomannya, ada Astobroto, ada Tajusalatin, ada Abdul Suko. Kemudian Kanjeng Sultan HB Senopati ing ngalogo pemimpin negara, Abdurahman Sayidin Panotogomo pemimpin agama, itu satu konsep di dunia ada di Yogya yang menyatukan tiga elemen konsep kepemimpinan, budaya, negara, dan agama," ujar Muhaimin.
Masih kata Muhaimin, jika gelar Sultan khususnya Khalifatullah yang merupakan puncak gelar Sultan itu dihilangkan, maka otomatis menghilangkan kebesaran sejarah, paham keagamaan, filosofi dan kebesaran yang dimiliki Yogya.
Namun Kiai Muhaimin belum bisa memberikan keterangan lebih jelas terkait gelar putri mahkota GKR Mangkubumi, putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Mangkubumi bikin masalah yang belum selesai jadi membikin masalah baru. Basis kebesaran (keraton) Yogyakarta jadi hilang," pungkas Kiai Muhaimin. (Ans/Sun)
Kiai Kotagede Berharap Polemik Keraton Yogya Cepat Selesai
Kiai Muhaimin bertemu adik Sultan HB X dan menyampaikan agar Keraton Yogyakarta harus utuh dan kembali pada filosofi awal.
diperbarui 07 Mei 2015, 19:25 WIBDiterbitkan 07 Mei 2015, 19:25 WIB
Prajurit Keraton Yogyakarta mengikuti prosesi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, (29/7/2014). Grebeg Syawal merupakan perwujudan Hajat Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk rakyatnya. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cek Deretan Bonus Pre-order Samsung Galaxy S25, Galaxy S25 Plus, dan Galaxy S25 Ultra di Indonesia
Mengenal Ringeeng Ayangk, Potret Anak Muda yang Berjuang Pertahankan Budaya
Ini Perbandingan Spesifikasi Samsung Galaxy S25, Galaxy S25 Plus, dan Galaxy S25 Ultra
Kapan Terakhir Puasa Rajab 2025? Cek Tanggalnya di Sini
Dugaan Korupsi Proyek Rehabilitasi Sekolah, Jaksa Geledah Kantor BP2JK NTT
Harga Samsung Galaxy S25, Galaxy S25 Plus, dan Galaxy S25 Ultra di Indonesia
Samsung Galaxy S25, Galaxy S25 Plus, dan Galaxy S25 Ultra Resmi Meluncur
Sejarah Tradisi Hajat Laut, Sebuah Warisan Budaya Nelayan di Pangandaran
Retreat Kepala Daerah Akan Digelar di Magelang, Dibagi dalam 3 Gelombang
Mengenal Asteroid yang Akan Jadi 'Sahabat Sementara' Bumi
Kebijakan Harga Gas Murah Dongkrak Pendapatan Pajak
Hidup Serba Sulit hingga Dirundung Kegelapan, Buya Yahya Bagikan Istighfar Ini Agar Bisa Terang Benderang