1.346 Pengungsi Rohingya 'Serbu' Indonesia Minggu lalu

Sebelumnya, sudah ada 11.941 pengungsi yang masuk ke Indonesia melalui pesisir wilayah Sumatera per Maret 2015.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 19 Mei 2015, 16:06 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2015, 16:06 WIB
(Lip6 Pagi) Menlu-Retno
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengungkapkan, Pemerintah RI telah menerima beberapa gelombang pengungsi Rohingya dan Bangladesh. Mereka datang memakai perahu dan terdampar di Aceh dan Sumatera Utara dalam 4 gelombang.

"Minggu lalu kita sudah menerima lebih dari 1.300, angka pastinya adalah 1.346 orang," ujar Retno di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (19/5/2015).

Ia merinci, gelombang pertama berjumlah 558 pengungsi. Kemudian gelombang selanjutnya 644 orang, lalu 47 orang, dan gelombang terakhir 96 pengungsi yang memasuki wilayah Indonesia.

"Jadi jumlah yang sudah berada di wilayah kita 1.346. Kita sudah bekerja sama dengan UNHCR dan IOM. Kita sudah take care mereka baik dalam bentuk penyediaan shelter, papan, pangan, dan obat-obatan yang diperlukan apabila kondisi kesehatan mereka tidak baik," papar Retno.

Ia mengungkapkan, sebelum kedatangan pengungsi Rohingya dan Bangladesh pada Mei 2015 itu, sudah ada 11.941 pengungsi yang masuk ke Indonesia melalui pesisir wilayah Sumatera per Maret 2015. Menurut mantan Duta Besar Belanda itu, ribuan warga tersebut sedang menunggu verifikasi dan penempatan di negara ketiga.

"Oleh karena itu saya ingin menekankan sekali lagi, bahwa masalah regular migran adalah bukan masalah satu atau dua negara, ini adalah masalah regional dan di tempat lain juga terjadi, sehingga ini juga menjadi masalah internasional," ucap Retno. ‎

Karena telah menjadi masalah yang begitu besar, Retno mengusulkan agar masalah migran menjadi masalah regional antar negara. Bukan hanya dibebankan kepada satu atau dua negara yang menjadi tempat persinggahan para pengungsi tersebut.

"Saya ingin menekankan sekali lagi, bahwa masalah irreguler minors adalah bukan masalah satu atau dua negara. Ini adalah masalah regional dan di tempat lain juga terjadi. Sehingga ini juga menjadi masalah internasional. Dan Indonesia akan mengusulkan beberapa hal," pungkas Retno. (Tnt/Sun)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya