Tokoh Buddha Madura: PBB Segera Selesaikan Masalah Rohingya

Tokoh Buddha dari Madura Kosala Mahinda mengecam keras aksi kekerasan dan pengusiran etnis Rohingya dari Myanmar.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Mei 2015, 09:17 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2015, 09:17 WIB
Indonesia, Malaikat Penyelamat Bagi Suku Rohingya
Suku Rohingya menerima bantuan dari negara Indonesia.

Liputan6.com, Pamekasan - Ribuan etnis minoritas Muslim Rohingya melarikan diri dari negaranya, Myanmar, karena diusir oleh pemerintahnya sendiri. Mereka tidak diakui sebagai rakyat Myanmar karena berbeda ras dan agama dengan penduduk mayoritas. Tidak diakuinya mereka sebagai warga negara membuat etnis Rohingya diperlakukan diskriminatif. Karena itu, mereka memilih lari dari negaranya untuk mencari tempat yang baru.

Salah satu negara yang menjadi tempat persinggahan mereka adalah Indonesia. Kini, beberapa wilayah di Tanah Air dipadati ribuan pengungsi Rohingya. Kondisi mereka sangat memprihatinkan. Banyak di antara mereka menderita kelaparan dan bahkan meninggal saat mengarungi lautan menuju tanah impian. Tak sedikit anak-anak yang ikut dalam pelarian itu harus kehilangan orangtuanya.   

Melihat kondisi ini, tokoh Buddha dari Madura Kosala Mahinda mengecam keras aksi kekerasan dan pengusiran etnis Rohingya dari Myanmar. Dia menilai, tindakan tersebut tidak mencerminkan ajaran agama Budhha.

"Ajaran Buddha itu welas asih, saling menyayangi dan saling mencintai antarsesama," kata Kosala Mahinda di Pamekasan, Kamis (28/5/2015).

Menurut dia, kasus yang terjadi di Myanmar seharusnya tidak perlu terjadi. "Kami berharap konflik di Myanmar itu bisa segera teratasi. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) harus segera bertindak menyelesaikan persoalan tersebut, karena jika dibiarkan, akan mengancam kerukunan umat beragama di seluruh dunia ini," ujar Ketua Yayasan Vihara Avalokitesvara di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, ini.

Kosala menuturkan, kerukunan umat beragama di Indonesia terjalin dengan harmonis dan saling menghormati perbedaan keyakinan dalam beragama, termasuk di Pamekasan.

"Kami bisa hidup akur karena kami saling menghayati dan mengamalkan ajaran kami masing-masing, bahwa semua bentuk kekerasan dan permusuhan merupakan tindakan terlarang dalam ajaran agama manapun," jelas dia.

Kosala Mahinda merupakan orang yang mendapatkan perhargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), sebagai tokoh yang mampu mempelopori kerukunan hidup umat beragama dengan menjadikan kelenteng tempat ibadah Buddha itu sebagai kelenteng terunik se-dunia. (Ant/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya