Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah elemen masyarakat menggelar aksi 1.000 lilin sebagai bentuk solidaritas atas tewasnya Angeline, bocah perempuan 8 tahun yang dibunuh di Bali. Dalam aksi tersebut hadir pula Kepala Divisi (Kadiv) Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Charliyan.
Sambil membawa lilin, jenderal polisi bintang dua itu mengungkapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas kematian Angeline. Ia berharap kasus itu bisa menjadi tonggak sejarah agar seluruh masyarakat lebih memperhatikan perlindungan anak.
"Ini menjadi refleksi terhadap kasus perlindungan anak. Kejadian ini harus menjadi tonggak sejarah, agar ibu, bapak, dan masyarakat semua lebih bisa melindungi anak," ucap Anton dalam 'Gerakan 1.000 Lilin untuk Anak Indonesia' di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Kamis (11/6/2015).
Ia berharap, kasus kekerasan anak hingga mengakibatkan hilangnya nyawa tak terulang lagi di Indonesia. Anton juga menekankan agar pemerintah lebih serius dalam melindungi anak.
"Sekarang urusan anak tak hanya urusan keluarga. Tapi negara juga harus bertanggung jawab dan menjamin perlindungan terhadap anak," tambah dia.
Menurut dia, tragedi kematian Angeline harus menjadi bahan evaluasi terkait regulasi mengadopsi anak secara benar. Masyarakat diminta mengikuti prosedur adopsi anak sesuai undang-undang yang berlaku.
"Dari kejadian ini kita bisa memperhatikan bagaimana adopsi yang benar. Harusnya adopsi bisa mengangkat harkat anak, bukan sebaliknya," tukas Anton.
Dia juga mengajak seluruh penegak hukum agar benar-benar memperhatikan perlindungan anak. "Kami mengimbau seluruh penegak hukum agar lebih memperhatikan perlindungan anak."
Aksi solidaritas untuk Angeline dan anak-anak di Indonesia ini diikuti oleh berbagai elemen. Di antaranya Kemensos RI, Mabes Polri, Satgas PA, LBH Jakarta, PP Muhammadiyah, P2TP2A, Kontras, JKLPK, Yayasan Pulih, LPSK, ANBTI, dan Asuh Siaga.
Dalam aksi ini juga digelar doa bersama untuk Angeline, tabur bunga secara simbolis, pembacaan puisi, dan pembacaan refleksi terkait kekerasan anak. (Ans/Jon)