Hercules Jatuh, Pemerintah Harus Setop Terima Pesawat Hibah

Alutsista hibah memiliki risiko kecelakan terlalu besar.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 30 Jun 2015, 16:55 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2015, 16:55 WIB
20150630-Pesawat-HerculesC130-Jatuh-Medan2
Petugas saat mengamankan lokasia kecelakaan pesawat Hercules C-130 yang jatuh di kawasan perumahan di Medan, Selasa (30/6/2015). Hercules C-130 milik TNI AU jatuh tidak lama setelah lepas landas. (AFP PHOTO/Muhammad Zulfan Dalimunthe)

Liputan6.com, Jakarta - Hercules milik TNI jatuh di dekat pemukiman warga di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatra Utara. Ada 5 korban jiwa yang terkonfirmasi oleh pihak TNI AU.

Sebagai mitra kerja TNI, Komisi I DPR menyatakan perbaikan dan penyegaran alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI mutlak dilakukan. Bobroknya alutsista militer membuat banyak pesawat militer yang jatuh.

Dia juga meminta pemerintah setop pembelian dan penerimaan hibah pesawat bekas dari negara lain.

"Sekarang kita (harus) membahas bersama pemerintah, di sinilah pemerintah perlu menunjukan political will, bahwa pengadaan alutsista itu baru dan dalam anggaran. Sudahlah, kita setop pembelian dan hibah pesawat bekas, kapal bekas, karena ini sudah beberapa kejadian," kata Ketua Komisi I, Mahfudz Siddiq, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (30/6/2015).

"Baru tadi saya dikabarin, Hercules jatuh di Medan, saya belum bisa pastikan Hercules hibah dari Australia atau bukan," sambung dia.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu berujar kejadian ini bukan pertama kalinya selama tahun ini. Jet tempur F-16 hibah dari Amerika Serikat milik TNI Angkatan Udara (AU) meledak di Lanud Halim Perdanakusuma 16 April 2015. Pesawat meledak saat akan melakukan lepas landas di runway 6 Lanud Halim PK.

Oleh karena itu, lanjut dia, sudah saatnya pemerintah memodernisasi alutsista militer Indonesia.

‎"Sejak jatuhnya pesawat F-16, kita melihat satu urgensi yang sudah tidak bisa ditawar u‎ntuk modernisasi alutsista TNI," ujar Mahfudz.

Pemerintah Indonesia harus meninggalkan sistem hibah dari negara sahabat untuk memajukan alutsista militer. Alutsista hibah memiliki risiko kecelakan terlalu besar.

"Yang kedua, modernisasi alutsista ‎ini juga harus meninggalkan pola hibah. Karena walaupun itu di-upgrade, itu risikonya terlalu besar," tandas Mahfudz. (Bob/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya