Kisah Rustiana Kehilangan 4 Kerabatnya Jadi Korban Hercules

Takdir sudah digariskan Sang Pencipta. Rencana Rustiati beserta 3 keponakannya berkumpul saat Lebaran di Tanjung Pinang pun sirna.

oleh Reza Efendi diperbarui 02 Jul 2015, 20:08 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 20:08 WIB
Kisah Rustiana Sebelum 4 Saudaranya 'Ditelan' Hercules
(Foto:Reza Perdana)

Liputan6.com, Medan - Kecelakaan pesawat Hercules C 130 di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, menyisakan cerita memilukan bagi Atiah Rustiana, saudara kembar Atiah Rustiati yang menjadi korban meninggal, setelah berhasil diidentifikasi tim DVI Polri.

Rustiana tidak memiliki sedikit pun firasat buruk, akan ditinggalkan saudara kembarnya selama-lamanya. Kenangan detik-detik terakhir sebelum Rustiati berangkat ke Tanjung Pinang, dirinya hanya berbincang melalui telepon, meminta saudara kandungnya itu membawakan baju titipan anaknya.

"Firasat buruk tidak ada, komunikasi terakhir kami sebelum berangkat, saya bilang sama Rustiati agar jangan lupa membawa titipan baju yang telah dipesan sama anak saya. Habis itu dia bilang sudah ada, tunggu aja di sana," kenang Rustiana terbata-bata, saat ditemui Liputan6.com di rumah duka, Jalan Rajawali Nomor 21, Kecamatan Medan Sunggal, Sumatera Utara, Kamis (2/7/2015).

Kesedihan bertambah ketika Rustiana mengetahui 3 keponakannya, yaitu Arika Ustian Lubis (16), Melita Dwi Anggraini Lubis dan Zulfansyah (7) turut menjadi korban tewas kecelakaan pesawat nahas yang dipiloti Kapten Penerbangan Sandy Permana itu.

"Senin kemarin saya masih teleponan sama almarhum, dia bilang berangkat sama 3 keponakan saya. Terus pas Selasa saya lihat televisi kalau ada kecelakaan pesawat Hercules di Medan. Terus enggak lama kemudian, Bang Suhrizal (suami Rustiati) telepon saya, dia bilang kalau semuanya udah enggak ada. Kami di Tanjung Pinang langsung nangis," tutur perempuan 37 tahun itu.

Begitu mendengar kabar duka itu, Rustiana dan keluarganya langsung memesan tiket pesawat dari Tanjung Pinang ke Medan melalui bandara di Batam. Namun tiket perjalanan hari itu habis. Rustiana dan keluarga pun terpaksa berangkat pada Rabu 1 Juli pukul 10.00 WIB dan tiba di Medan sekitar pukul 12.00 WIB.

"Begitu sampai di Medan, kami mau ke Rumah Sakit Adam Malik langsung untuk melihat jenazah keluarga saya ini. Tapi Bang Suhrizal bilang kami langsung ke rumah di Jalan Rajawali aja, karena 3 jenazah sudah ditemukan dan 1 jenazah (Zulfiansyah) lagi belum ditemukan. Kami berharap jenazahnya segera ditemukan," kenang Rustiana sambil terus berlinang air matanya.

100 Hari Meninggal Orangtua

Takdir sudah digariskan Sang Pencipta. Rencana Rustiati beserta 3 keponakannya berkumpul saat Lebaran di Tanjung Pinang, sekaligus memperingati 100 hari wafat ayah kandung Rustiana dan Rustiati pun sirna.

"Kami memang sering kumpul keluarga di Tanjung Pinang. Di sana rumah keluarga besar kami, dan 3 hari lebaran nanti kami mau peringati 100 tahun wafatnya ayah kami. Tapi dia (Rustiati) malah pergi duluan," tutur dia seraya mengusap air mata.

Cerita lain muncul dari teman-teman Arika, gadis 16 tahun yang terdaftar di Kelas XI SMA Angkasa 1 Lanud Soewondo, Medan, ini dinilai sangat periang dan mudah bergaul dengan sesama teman di sekolahnya. Apalagi, keaktifan di organisasi Paskibra sekolah, membuat dia menjadi sosok yang cukup disayangi dan disukai teman-temannya.

"Permintaan terakhir dia sama kami pas Sabtu, dia ngajak buka bersama. Terus kawan-kawan banyak yang enggak bisa, dia ngotot, karena Selasa dia mau pulang kampung. Terus kami tunda Senin, dan enggak jadi juga. Kami sedih kali enggak nuruti kemauannya itu," kata Ratih (15), teman sebangku Arika di sekolah SMA Angkasa.

Teman Arika lainnya, Virel, juga mengaku sangat sedih dengan kepergian adik kelasnya ini. Selaku kakak kelas, pria yang tinggal di kawasan Jalan Polonia ini mengaku kehilangan atas meninggalnya Erika. Sosok periang di Paskibra ini susah dilupakan dari ingatan dia dan timnya.

"Dia orangnya baik, jarang kali sedih, apalagi di Paskibra, dia sangat disiplin dalam segala hal. Saya memang sempat heran dengan dia pada Sabtu kemarin, dia saya lihat memanggil wakil kepala sekolah dengan sebutan bapak saya. Enggak pernah dia panggil gitu, biasanya bapak aja, tapi waktu itu saya pikir dia cuma becanda. Kami tahu dia meninggal juga dari wakil kepala sekolah," ungkap dia.

Pelda Suhrizal Lubis, suami Atiah Rustiati dan bapak dari Arika Ustian Lubis, Melita Dwi Anggraini Lubis dan Zulfansyah kini masih terlihat shock, dan enggan berkomentar terkait peristiwa duka yang dialami keluarganya. Sesekali, saat ditemui di rumah duka, anggota TNI yang bertugas di Kosek 3 Medan, Jalan Padang Golf, ini terlihat meneteskan air mata sembari memanggil nama-nama orang yang dicintainya.

Tiga jenazah tersebut dikebumikan pukul 17.00 WIB di Tempat Pemakaman Umum, kawasan Jalan Kelambir V, Kecamatan Helvetia, Medan. Mereka dikubur berdekatan dan diantar para sahabat dan kerabat serta keluarganya. Sedangkan 1 jenazah atas nama Zulfansyah, bocah laki-laki berusia 7 tahun itu belum ada kabar hingga kini. (Rmn/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya