Quraish Shihab dan Gadis Piawai Berbahasa Inggris

Tak perlu waktu lama untuk sama-sama merasa yakin. Dua bulan setelah pandangan pertama, utusan keluarga Quraish datang meminang.

oleh Nadya Isnaeni diperbarui 15 Jul 2015, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2015, 20:00 WIB
Quraish Shihab
Quraish Shihab dan Fatmawaty merayakan ulang tahun perkawinan perak ke-25 tahun di Kairo, Mesir. (Sumber: Buku Cahaya, Cinta, dan Canda)

Liputan6.com, Jakarta - Dengan hati yang campur aduk, Fatmawaty menemui Quraish Shihab tanpa sempat berdandan. Gadis periang nan supel itu mendadak grogi, gelisah, dan bingung.

Persuaan pertama di Solo, Jawa Tengah, itu layaknya pertemuan dua keluarga. Quraish saat itu belum dikenal sebagai pakar tafsir Alquran seperti sekarang.

Quraish didampingi sahabat keluarga, yakni pengusaha asal Surabaya, Jawa Timur, Hasan Assegaf, dan adiknya, Alwi Shihab. Sedangkan Fatmawaty ditemani ibu dan seorang adiknya, Munirah.

Pria yang telah berusia 30 tahun itu memang tak mau lagi menunda-nunda pernikahannya. Apalagi posisinya sebagai Wakil Rektor IAIN Alauddin, Makassar, Sulawesi Selatan, dinilai sudah mapan.

"Setiap malam saya juga selalu berdoa agar istri saya pandai berbahasa Inggris dan Prancis," kata pria yang juga sempat menjadi Dubes RI untuk Mesir itu dalam buku biografinya, Cahaya, Cinta, dan Canda Quraish Shihab, yang Liputan6.com kutip Rabu (15/7/2015).

Quraish Shihab

Maka ketika Hasan mengajak untuk melihat Fatmawaty, gadis Solo yang masih keponakan Hasan, Quraish tak menolak. Padahal sebelumnya anak keempat dari 12 bersaudara itu enggan berjodoh dengan perempuan dari luar kota Makassar.

Pada pertama itu, Quraish langsung merasa nyaman. Seperti ada rasa klop, cocok.

"Saya kira pengaruh dari ajaran agama. Hati itu punya kelompok, alarwah junud mujannadah. Yang berkenalan hatinya, akan langsung klop. Yang tidak, akan berjauhan."

Selanjutnya: 2 Bulan Berselang...

2 Bulan Berselang

2 Bulan Berselang

Fatmawati Assegaf merupakan anak kedelapan dari 15 bersaudara putri pasangan pengusaha batik, Murni Ali Abu Bakar Assegaf dan Khadijah.

Kecerdasan gadis Solo itu kerap menjadi kebanggaan ayahnya. Sejak remaja dia sudah mahir berbahasa Inggris. Sang ayah pun kerap pamer pada kerabat atau tamu yang bertandang ke rumah. Karena itulah banyak yang hendak meminang Fatmawaty. Namun, gadis itu memilih untuk menjatuhkan hatinya pada pria berkacamata itu.

Mahir bahasa Inggris membuat Fatmawaty adalah doa Quraish yang terkabul.

Quraish Shihab

Esoknya Quraish datang lagi ke rumah tersebut. Kali ini hanya bersama Hasan.

Tapi Hasan adalah paman yang pengertian. Ia masuk ke dalam, mengobrol dengan ibunda Fatmawaty, Ummi Khadijah. Sekaligus memberi kesempatan sepasang manusia yang kelak berjodoh itu berbincang di ruang depan.

Tak perlu waktu lama bagi Quraish dan Fatmawaty untuk sama-sama merasa yakin. Dua bulan setelah pandangan pertama, utusan keluarga Quraish di Makassar datang ke Solo untuk meminang Fatmawaty.

"Aba" Abdurrahman Shihab, ayahanda Quraish yang sedang sakit menunjuk sahabatnya di Solo, Muhammad Aidid, untuk mewakili keluarga melamar calon ibu bagi putranya itu.

Cuma berbilang bulan usai lamaran, Quraish dan Fatmawaty menikah pada 2 Februari 1975. Usia Fatmawaty saat itu baru 20 tahun, terpaut 10 tahun dengan Quraish. (Ndy)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya