Berkursi Roda, Sabam Sirait PDIP Terima Bintang Kehormatan

‎Sabam berharap Presiden dapat sukses memimpin pemerintahan hingga akhir periode kepemimpinannya. ‎

oleh Luqman Rimadi diperbarui 13 Agu 2015, 16:45 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2015, 16:45 WIB
20150813-46 Tokoh Nasional Dapat Tanda Kehormatan dari Jokowi-Jakarta
Tokoh Pers Nasional, Surya Paloh memegang pundak anggota DPR RI Fraksi PDI-P, Sabam Sirait saat acara pemberian tanda kehormatan oleh Presiden Jokowi kepada tokoh nasional di Istana Negara, Jakarta, Kamis (13/8). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menganugerahkan tanda kehormatan kepada sejumlah di Istana Negara hari ini. Penganugerahan ini sebagai bagian dari rangkaian kenegaraan dalam rangka HUT ke-70 Kemerdekaan RI.

‎Di antara tokoh yang mendapatkan tanda kehormatan tersebut adalah Sabam Sirait. Politisi senior PDI Perjuangan itu dianugerahi Bintang Mahaputera Utama. ‎

Sabam pun berterimakasih kepada negara dan juga pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Dia berharap tanda kehormatan ini diberikan bukan karena ia sebagai politisi PDIP, tapi benar-benar atas penelitian mendalam.

"Sebagai aktivis dan politisi, saya berterimakasih pada negara. Tentunya ini ‎pekerjaan berat buat yang memberikan atau yang menerima. Yang memberikan tanggung jawab, yang diberikan juga mengemban tanggung jawab," ujar Sabam di halaman Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (13/8/2015). ‎

Sabam, termasuk bagian nama besar dalam dunia perpolitikan RI. Dia adalah politisi yang mengalami masa pemerintahan 7 presiden, mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarmoputri, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo.

Pada masa pemerintahan Soekarno, sebagai aktivis mahasiswa, Sabam sudah sering menyampaikan gagasan-gagasan, bahkan dalam forum-forum mahasiswa internasional. Pada era pemerintahan Soeharto, dia dikenal sebagai politisi yang kritis dan kerap mendapat tekanan dari pemerintah Orde Baru.

Sabam yang menggunakan kursi roda itu datang bersama sang anak yang juga politisi PDIP, Maruarar Sirait. Meski sudah memasuki masa penisun dari dunia politik, ia kini tetap disibukkan dengan berbagai aktivisitas, di antaranya merampungkan beberapa buku bertema sosial politik.  

"Sis‎a umur saya, kerja saya sekarang menulis buku, sudah 3 selesai buku saya. Tinggal 2 lagi, 1 mengenai politik luar negeri dan 1 lagi mengenai membangun masa depan Indonesia. Dan, tetap saya juga ke daerah ketemu dengan teman-teman. Banyak gubernur di sini adalah hasil bimbingan saya yang menerima penghargaan, menterinya juga ada. Tapi 1 sen pun saya tidak akan terima dan tidak akan minta dari mereka," ucap dia.

Sebagai tokoh senior yang turut mendukung Jokowi saat Pilpres 2014 lalu, Sabam berharap Presiden dapat sukses memimpin pemerintahan hingga akhir periode kepemimpinannya. ‎‎

"Saya berharap sudara Jokowi sukses melakukan tugasnya. ‎Mudah-mudahan dia berbuat baik dan semua menteri-menterinya, bahkan gubernur dan bupati jujur dan hidup jujur untuk membangun bangsa ini. ‎Sebab kalau kita jujur bekerja keras, kita akan bisa mengejar Thailand dan Malaysia dalam waktu dekat dan makin baik lagi," imbau dia. ‎

Selain sebagai pendiri PDIP, Sabam juga pernah menjabat ‎anggota DPR RI terlama sepanjang sejarah RI. Ia pernah menjadi politisi di Senayan selama 27 tahun dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) 10 tahun.

17 Bintang Mahaputra Utama

Selain Sabam, ada 17 penerima Bintang Mahaputra Utama. Di antaranya mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, filusuf dan budayawan Franz Magnis Suseno, dan pengembang budaya moderat yang juga mantan Rektor IAIN Jakarta Harun Nasution.

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan disebutkan bahwa tujuan untuk tanda kehormatan ini adalah, untuk memberi kehormatan tinggi kepada mereka yang berjasa luar biasa demi keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan bangsa dan negara.

Di antara syarat penerima tanda kehormatan adalah seseorang yang  berjuang di wilayah NKRI, memiliki integritas moral dan keteladanan, berjasa terhadap bangsa dan negara, berkelakuan baik, setia, tidak mengkhianati bangsa dan negara.
Penerima penghormatan ini juga harus berjasa luar biasa di berbagai bidang yang bermanfaat bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa dan negara.

Selain itu, juga memiliki pengabdian dan pengorbanan di bidang sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan beberapa bidang lain yang besar manfaatnya bagi bangsa dan negara. Atau darma bakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional dan internasional.‎ (Rmn/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya