Kemunculan Tuhan dan Syaiton

Banyak pro dan kontra mengenai nama unik Tuhan, Syaiton dari beragam kalangan.

oleh Luqman RimadiNefri IngeTaufiqurrohmanPutu Merta Surya Putra diperbarui 28 Agu 2015, 00:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2015, 00:00 WIB
Tuhan dan Syaiton yang Bikin Heboh
Foto KTP Syaiton atau Saiton dan Tuhan. (Dokumentasi)

Liputan6.com, Jakarta - Akhir pekan ini, ranah publik dihebohkan dengan kemunculan Tuhan. Warga Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur itu mendadak jadi sorotan.

Bagi yang belum kenal tentu tak percaya jika nama Tuhan itu benar-benar namanya.

Rumah Tuhan pun mendadak ramai didatangi orang, pun para pemburu berita.

Tuhan mengaku namanya adalah pemberian almarhum orangtuanya. Dia tak mengerti apa makna dan mengapa diberi nama demikian. "Tidak mengerti ya, ya namanya di kampung, namanya itu ya itu," ucap Tuhan.

Tuhan mengaku namanya adalah pemberian almarhum orangtuanya.

Merujuk bahasa yang umum dimengerti, Tuhan berarti Yang Maha Kuasa, pencipta seluruh makhluk di dunia ini. Namun istri Tuhan tak resah memanggil suaminya sesuai dengan namanya.

Selang beberapa hari, nama lain yang tak kalah unik muncul ke permukaan. Pria Palembang ini juga memiliki nama tak lazim, yakni Syaiton.‎

Cerita tersebut diungkapkan Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay.‎ Dia mengaku memiliki kenalan pria bernama Syaiton di Palembang.

"Ada namanya Syaiton di Palembang. Saya kenal betul dengan orangnya," ungkap Saleh di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 26 Agustus 2015.

Dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP), nama warga tersebut tertulis Saiton. Tercatat sebagai warga di Perumahan Taman Mekarsari Blok D2 Desa Sugirawas, Kelurahan Talang Jambi, Kecamatan Sukarami Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Saiton lahir di Paldas Banyuasin, 10 Febuari 1976. Nama tersebut, kata dia, merupakan pemberian kedua orangtuanya, Cik Nang dan Saimubah.

Asal muasal diberi nama tersebut karena dari 12 saudaranya yang lahir, hanya dua orang yang bisa bertahan hidup. Sepuluh saudaranya hanya bisa hidup di usia 5-7 tahun. Saat Saiton lahir, kedua orangtuanya pesimis jika anak bungsunya ini akan bertahan hidup seperti kedua saudaranya.

Walau namanya sering dikonotasikan sebagai hal buruk, namun ternyata Syaiton atau Saiton mampu membuktikan bahwa nasibnya tidak seburuk namanya.

Pria berusia 39 tahun itu merupakan lulusan pascasarjana bergelar Magister Managemen. Hebatnya, dia berhasil menamatkan kuliah dengan program beasiswa.

Bagi bapak 4 anak ini, nama Saiton yang sebelumnya disebut Syaiton membawa kesan tersendiri. Saat mengurus dokumen-dokumen penting, ia selalu merasa dimudahkan. Kendati saat mendengar namanya, banyak orang yang langsung tersenyum bahkan tertawa.

Warga bernama Saiton diwisuda di Palembang, Sumatera Selatan. (Liputan6.com/Nefri Inge)

Kemungkinan karena namanya, ia pun mendapatkan kemampuan indigo yaitu bisa melihat makhluk halus. Kerap kali saat ia datang ke suatu tempat yang baru, ia sering melihat penampakan wujud makhluk astral.

"Dulu zaman SMP, kami sekeluarga pindah ke kontrakan karena orangtua saya berasal dari keluarga serba pas-pasan. Saat tinggal di kontrakan tersebut, saya melihat banyak makhluk halus di sana. Wujudnya sangat jelas. Namun mereka tidak mengganggu, hanya terlihat saja," ungkap Saiton.

Tidak hanya bisa melihat penampakan, Saiton pun sering mendengar namanya dipanggil-panggil oleh makhluk halus saat sedang sendirian. Namun, Saiton tidak merasa itu sebagai gangguan. Ia pun menanggapinya dengan santai.

Karena namanya aneh dan langka, Saiton sempat berupaya untuk mengganti namanya dengan yang lumrah dipakai orang Indonesia. Dia 2 kali mencoba mengganti namanya, namun usahanya sia-sia. Bahkan ia harus mengalami kesakitan yang parah saat menggunakan nama barunya.

Saat usia 3 tahun, orangtua Saiton sempat ingin mengganti nama anaknya dengan nama Iskandar. Setelah diganti, kondisi kesehatan Saiton malah memburuk, ia pun nyaris lumpuh total dan tidak bisa beraktivitas.

Meluasnya berita tentang warga bernama Tuhan dan Syaiton membuat heboh masyarakat Indonesia. Kepala Disdukcapil Palembang Ali Subri membocorkan ada warganya yang bernama unik, yakni Rupiah.

Pro-Kontra Nama Unik

Meski menarik perhatian, namun nama unik tersebut menuai banyak pro dan kontra. Ada yang tak mempermasalahkan hal itu, tapi sebagian lainnya mengimbau agar dilakukan perbaikan identitas.

Tuhan, pria asal Banyuwangi yang sedang ramai diperbincangkan baik di media sosial maupun media massa lantaran keunikan namanya, diminta mengganti identitasnya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyarankan Tuhan untuk mengubahnya karena dinilai tidak elok.

Komisi VIII DPR yang membidangi agama pun ikut buka suara terkait polemik nama pria berumur 42 tahun tersebut. Ketua Komisi VIII Saleh Partaonan Daulay menyarankan, agar pria bernama Tuhan di Banyuwangi itu mengganti namanya dengan nama yang lain yang lebih baik. Terutama, nama diberikan sebagai bentuk pengharapan bagi hidup di masa mendatang.

Nama Tuhan yang terpampang di KTP dan menggegerkan Banyuwangi, juga membuat Ketua MUI Jawa Timur KH Abdussomad Bukhori meminta agar nama itu diganti.

Namun [Komnas HAM berpendapat lain](nama "") tentang hal ini. Komisioner Komnas HAM Imdadun Rahmat meminta agar jangan sampai ada pemaksaan untuk mengganti nama Tuhan.

Sementara Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Budi Waseso, mengaku merasa ngeri kala mendengar nama Tuhan si warga Banyuwangi.

"Wuih (ada nama Tuhan) itu ngeri sekali," ucap pria yang akrab disapa Buwas itu Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa 26 Agustus.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siradj pun meminta agar nama itu diganti.

Nama-nama unik tersebut sampai juga ke telinga Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Meski tak melarang soal nama-nama yang dirasa tak elok tersebut secara aturan negara, namun secara Islam, Hidayat mengatakan ada aturan pemberian nama terhadap anak.

"Memang negara tidak ada aturan khusus, tapi Islam ada aturan nama yang mencerminkan tentang kebaikan, cita-cita untuk mencerminkan sesuatu yang baik," kata Hidayat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis 27 Agustus 2015.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menuturkan, dalam Islam nama juga bisa untuk menggambarkan kebaikan dan jati diri seorang manusia. Untuk itulah, dia menyarankan agar Tuhan dan Saiton mengganti namanya menjadi lebih baik. (Tnt/Rmn)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya