Usai Demo Bersih 4 'Kuningkan' Malaysia, Lalu?

Demo Bersih 4 yang dikhawatirkan bakal rusuh ternyata berakhir damai. Apakah krisis telah usai?

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 07 Sep 2015, 22:28 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2015, 22:28 WIB
Ilustrasi Liputan Khusus Malaysia
Ilustrasi Liputan Khusus Malaysia

Liputan6.com, Kuala Lumpur - "Pasti akan ada insiden berdarah. Aku yakin itu," kata seorang pria yang hanya ingin dipanggil Khaled kepada The Malay Online, di pagi hari sebelum demo Bersih 4 diadakan, Sabtu 29 Agustus 2015.

Tahun ini, organisasi Bersih berunjuk rasa selama dua hari pada 29 dan 30 Agustus. Mereka menuntut Perdana Menteri Nadjib Razak turun dari jabatannya setelah skandal dugaan aliran dana US$ 700 juta terkait 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Para pendemo juga menghendaki pemilu yang transparan dan adil.

"Pengalaman sewaktu Bersih 2 beberapa tahun lalu, persis mirip. Pagi tadi, polisi menangkap 4 orang berbaju kuning dan membawa bendera. Saat unjuk rasa Bersih 2, awalnya sama, pagi-pagi ada yang ditangkap," kata salah seorang penjuang nasi lemak mengenang aksi pada 2011,  di mana 1.700 demonstran ditangkap dan puluhan dari mereka terluka.

"Bayangkan saja nanti saat unjuk rasa. Aku yakin akan parah," katanya lagi. Tak lama ia selesai berbicara, mobil-mobil polisi lalu lalang di hadapannya.

Pemerintah Malaysia melakukan sejumlah antisipasi menghadapi demonstrasi Bersih kali ini. Di antaranya, mereka memblokir situs Bersih 4, mewajibkan wartawan untuk mendaftar peliputan, dan membagi-bagikan rompi spesial sebagai penanda bahwa mereka awak media.

Selain itu, Kementerian Dalam Negeri Malaysia menurunkan 4.000 pasukan polisi untuk menjaga kerumunan orang.

Kekhawatiran yang sama dialami oleh Muhammad Akmal, seorang penjaga keamanan di salah satu gedung yang rencananya dilalui para demonstran. Ia menilai, gerak-gerik dan persiapan aparat mirip dengan Bersih 2. Pria berusia 70 tahun ini memprediksi akan terjadi insiden.

"Bakal lebih parah dan berdarah-darah. Aku bisa lihat kedua belah pihak akan sama-sama terluka,"kata Akmal.

"Dari kemarin, sudah ada perintah untuk melarang apapun yang berwarna kuning. Polisi telah sita kaus-kaus kuning," ujar Akmal lagi.

Kementerian dalam negeri juga telah melarang dan menyita siapapun yang menjual kaus Bersih 4.

"Gedung-gedung yang rencananya akan dilewati oleh para pengunjuk rasa juga diminta tutup selama demo berlangsung," tutur Akmal.

"Bahkan supervisorku bilang, kalau sampai terjadi apa-apa, pintu harus dikunci dan jangan biarkan mereka masuk biarpun mereka minta tolong," jelas Akmal.

'Lautan Manusia' serba kuning di demo besar-besaran Malaysia menuntut PM Najib Razak mundur. (Reuters)

 

Meski diprediksi akan terjadi rusuh luar biasa, namun hal itu tidak menyurutkan langkah seorang pensiunan. William Leeong, namanya, bergabung dengan para peserta unjuk rasa lainnya di Kuala Lumpur.

Jauh-jauh dia datang dari Penang untuk menjadi bagian dari sejarah, meskipun keluarganya melarang.

"Keluargaku melarang karena mereka takut ada insiden. Tapi aku ingin berbuat sesuatu untuk negaraku,"kata Leeong. "Mungkin sebagian besar akan bilang percuma ikut unjuk rasa di KL, tapi bersama-sama kami akan menunjukkan ketidakpuasan dengan negara ini," tambahnya.

Pensiunan ini juga tidak peduli dengan larangan pemerintah untuk tidak memakai baju kuning. "Kalau mereka mau menangkap dan menahanku, lakukanlah. Aku tidak menyerah."

Untungnya semua ketakutan itu tidak terjadi.  Para pengunjuk rasa berdemo dengan riang dan damai. Bahkan para penjual dan kaki lima, yang memutuskan untuk tetap jualan di saat unjuk rasa berlangsung, memberi dua jempolnya memuji demo Bersih ini.

"Siapa yang bilang para pengunjuk rasa mengganggu usaha kami? Justru kami untung banyak," kata Karim Abdullah penjual kaki lima seperti dikutip dari The Rakyat Post, 2 September 2015. 

"Jualan kami dibeli semua, toko-toko sekitar sini dipenuhi oleh mereka. Para peserta demo makan dan minum di sini sebelum lanjut berorasi," tambahnya lagi. Pria berusia 32 tahun ini menceritakan suasana damai selama unjuk rasa berlangsung.

Penggalangan massa yang dilakukan oleh Bersih kali ini, memang menyedot banyak perhatian. Mereka boleh mengklaim bahwa telah berhasil 'menguningkan' Kuala Lumpur.

Tapi, bagi Perdana Menteri Nadjib Razak, mereka hanyalah segelintir kumpulan illegal yang ingin menjegal pemerintah yang sah. Pemilihan Lapangan Merdeka sebagai tempat berunjuk rasa dikecam.

"Tidakkah mereka mengerti, tindakan mereka itu sangat cetek dan rendah. Tidak punya patriotisme dan tidak mencintai negeri ini. Mereka ini ilegal," kata Perdana Menteri Najib saat membuka pertemuan Partai UMNO di Pahang, hari ini seperti dikutip dari media resmi Pemerintah Malaysia, Bernama.

"Apapun pilihan perbedaan politik antara kita, seharusnya Lapangan Merdeka dan Hari Nasional tidak dijadikan ajang politik," lanjut dia.

Meski dibilang ilegal, pendemo tak gentar dan tetap melajutkan unjuk rasa. Semua kalangan terlibat dan datang, termasuk mantan perdana menteri Malaysia, Mahatir Mohammad. Dr. M—begitu julukannya, meminta PM Nadjib untuk memperhatikan keinginan rakyat. Yang memintanya untuk mundur.

Kuning Dibalas Merah

Keesokan harinya setelah Bersih 4 selesai berdemo, Kementerian Perkotaan dan Perumahan mengganjar panita Bersih sebesar RM 65 ribu atau sekitar Rp 213 juta akibat dari kerusakan yang dialami Kuala Lumpur.

"Para pendemo merusak properti di Kuala Lumpur, mereka juga kencing sembarangan," kata Datuk Abdul Rahman Dahlan, seperti dikutip dari The Star.

Selain menuntut uang ganti rugi, para pentolan aktivitis juga dipanggil polisi. Salah satunya adalah ketua panitia Bersih 4, Maria Chin. Selain mereka, polisi juga berencana memanggil Mahatir Mohammad. Namun, hingga kini pemanggilan Dr. M baru sebatas wacana.

"Buang-buang waktu saja polisi memanggil kami karena apa yang kami lakukan adalah gerakan reformasi," kata Maria.

"Konyolnya, surat panggilan diberikan lewat pengacara kami. Kami tidak pernah dipanggil secara langsung. Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran mereka. Benar-benar tidak profesional," tambahnya lagi. Bersih dilaporkan telah melanggar undang-undang pasal 120, 124C dan 141 melakukan perbuatan kriminal.

Polisi mengikuti perintah PM Nadjib memberi label gerakan tersebut ilegal.

Tak ingin pemerintahan Perdana Menteri digoyah, sebuah gerakan tandingan ingin menentang mereka. Kelompok ini menamakan ' Himpunan Maruah Melayu' dan memakai kaos merah sebagai simbol ketidaksukaan mereka bagi siapapun yang ingin menggulingkan Malaysia.

'Kaos Merah' berencana ingin memerahkan Malaysia sebagai 'balasan' Bersih yang berhasil menguningkan Kuala Lumpur pada tanggal 16 September.

Namun, rencana mereka ditentang oleh sebagian orang termasuk mantan menteri perdagangan dan industri, Sri Rafidah Aziz.  

Perempuan yang pernah dijuluki 'Iron lady' Malaysia ini mengatakan demo ini hanya akan memperkeruh situasi di Malaysia karena akan menyinggung ras tertentu.

Malaysia Setelah Bersih, Lantas Apa? (Malaysia Kini)

"Pemilihan waktu dan tempat sungguh rasial. Tanggal 16 September adalah hari Persatuan Malaysia, sementara memilih lokasi yang didominasi etnis tertentu tidaklah pantas," kata Rafidah Aziz kepada The Malay Online, 6 September 2015.

Namun pernyataannya ditentang oleh ketua kelompok ini, Awang Selamat. Ia mengatakan gerakannya adalah untuk melawan ektremis. Awang menuduh, justru Bersihlah yang bersifat rasis. Menurutnya, 85% pengunjuk rasa Bersih berasal bukan dari etnis Melayu.

Sejauh ini polisi melarang bagi gerakan Kaos Merah untuk berunjuk rasa pada 16 September untuk alasan keamanan. 

Efek Demo Bersih

Menurut beberapa pengamat, dalam penggalangan massa, Bersih 4 boleh dikatakan berhasil. Demo mereka digelar secaratertib dan damai. Namun, meski berhasil menguningkan Kuala Lumpur, Bersih tidak didukung oleh seuruh etnis di Malaysia.

Salah satu pedapat datang dari ahli politik dari Universitas Kebangsaan Melayu (UKM), Prof Dr Samsul Adabi Mamat. Menurut dia, demo Bersih berhasil karena media.

"Dari yang saya amati, hanya 30% etnis Melayu bergabung dalam demo itu," kata dia. Populasi di Malaysia 60% berasal dari Melayu, China 23%, sementara India 7%.

Samsul mengatakan bahwa ia tidak terkejut dengan sedikitnya jumlah etnis Melayu yang ikut serta. Sebab, 2 partai besar Melayu, PAS dan UMNO tidak ikut berpartisipasi dalam aksi.

Bersih mengklaim bahwa mereka berhasil menggalang 100 ribu orang di Malaysia dalam demo selama dua hari. Namun, 80% pengunjuk rasa berasal dari etnis China.

"Tapi bukan berarti bagi mereka yang tak hadir di demo tidak setuju dengan pernyataan Bersih, hanya saja mereka tampak lebih berhati-hati," tuturnya.

Namun bagi Bersih, demonstrasi dua hari 29-30 Agustus lalu merupakan keberhasilan.

"Kami menciptakan sejarah," kata Maria Chin. "Semoga dua hari berkumpul di sini, bisa menyelamatkan ekonomi kita. Kami tidak hanya meminta perdana menteri untuk turun, tapi juga mereformasi institusi," tambahnya lagi.

"Semoga pemerintah dan perdana menteri mendengar suara rakyatnya," tutup pidatonya diakhir dengan teriakan "Merdeka!"

Najib Absen di Konferensi Antikorupsi

Meski didera permintaan untuk lengser, terutama setelah skandal US$700 juta 1MDB menghampirinya, Perdana Menteri Nadjib Razak tetap tak tergoyahkan. Perdana menteri yang memimpin Malaysia dari tahun 2009 ini menyesalkan 'benih permusuhan' yang disebarkan oleh pengunjuk rasa Bersih.

Karena itu, pihaknya akan mengambil tindakan tegas atas aksi demonstrasi tersebut.  "Kami tidak akan pernah membiarkan siapa pun, dari dalam maupun dari luar, untuk merusak atau menghancurkan semua yang telah kita bangun selama ini," ucap Najib saat menyampaikan pesan pada Hari Kemerdekaan Malaysia 2015 di Kuala Lumpur Convention Center.

Najib meminta semua pihak untuk bersatu mengatasi persoalan ini. Karena dengan kesatuan, negara akan menjadi solid.

PM Najib Razak mengibarkan bendera nasional Malaysia saat merayakan Hari Kemerdekaan ke-58 di Kuala Lumpur, Senin (31/8/2015).  Perayaan kemerdekaan kali ini dilakukan di tengah desakan mundur kepada PM Najib. (REUTERS/Olivia Harris)

"Mari kita semua ingat, jika kita tidak bersatu, kehilangan solidaritas dan kohesi kami, semua masalah tidak akan terselesaikan, dan segala sesuatu yang kita telah susah payah dibangun akan hancur begitu saja," tukas dia.

Masih ada satu 'cacat' di mata Internasional. Meski nama PM Najib telah 'dibersihkan' oleh Komisi Antikorupsi Malaysia, yang mengatakan bahwa uang US$ 700 juta itu adalah sumbangan.

Masyarakat Transparansi Nasional salah satunya. Mereka membatalkan pidato PM Najib di pembukaan konferensi antikorupsi dunia. Selain itu, acara yang seyogyanya diadakan di Kuala Lumpur pada 2 September, dipindahkan ke Putrajaya.

Menteri Dalam Negeri Malaysia, Paul Low yang mengangkat dirinya sebagai juru bicara PM mengatakan, bahwa dirinya lah yang meminta PM Najib untuk tidak hadir sebagai pembicara di acara tersebut.

Paul Low tidak ingin PM Najib jadi 'bulan-bulanan' di pertemuan tinggi itu. "Saya bilang, kalau Datuk datang, Datuk akan hadapi kemarahan para aktivis (antikorupsi). Saya bisa berangkat, kalau Datuk mau, ya bisa saja," kata Low seperti dikutip dari The Malaysia Insider.

Beberapa aktivis sempat kecewa dengan absennya PM Najib, tapi tidak bagi Eksekutif Direktur Transparansi Internasional, Jose Ugas. Dalam pidatonya, dengan pedas ia mengkritik Pemerintah Malaysia.

"Tidak ada siapapun di Malaysia yang bisa menjelaskan, dan tidak menyadari, ada korupsi yang diam-diam menggerogoti negara ini," kata Ugaz dalam pidatonya.

"Ada dua pertanyaan. Siapa yang membayar uang itu? Kenapa? Ke mana uang itu? Hanya ada satu orang yang bisa menjawabnya," tutur Ugaz. (Rie/Ein)

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya