Jumlah Penderita ISPA di Riau Meningkat Tajam

Jumlah itu diprediksi meningkat karena kabut asap pekat masih menyelimuti Pekanbaru.

oleh M Syukur diperbarui 12 Sep 2015, 07:37 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2015, 07:37 WIB
20150902-kebakaran hutan-riau-kabut asap
Kiriman asap kebakaran hutan dan lahan dari provinsi tetangga yang menyelimuti Kota Pekanbaru serta beberapa kabupaten di Riau, kian tebal. Jarak pandang di kota ini hanya 500 meter. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Jumlah penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Riau terus meningkat tajam. Hingga Jumat 11 September 2015, penderita penyakit saluran pernafasan itu sudah mencapai 14.566 jiwa. Jumlah itu diprediksi meningkat karena kabut asap pekat masih menyelimuti Pekanbaru.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Andra Sjafril SKM kepada wartawan di Jalan Kapau Sari, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru.

Menurut Andra, penyakit ISPA yang diderita warga Pekanbaru itu disebabkan menghirup udara yang tercemat kabut asap pekat. Supaya jumlah penderita tak bertambah, dia menghimbau warga untuk membatasi aktivitas di luar.

"Kalaupun terpaksa keluar, gunakan masker. Namun sebaiknya, kurangi saja. Apalagi dengan kondisi jarak pandang seperti ini yang hanya 500 meter di Pekanbaru," ungkap Andra.

Menurut Andra, jumlah penderita ISPA tersebut merupakan laporan Puskesmas, Klinik Kesehatan dan rumah sakit yang ada di kabupaten dan kota di Riau.

Andra menyebutkan, kondisi udara di kabupaten dan kota di Riau sudah tidak sehat bagi kesehatan. Kadar polusi akibat asap menyebabkan oksigen berkurang di udara.

"Rata-rata kadar polusi sudah melebihi 300 Psi. Ini sudah tidak sehat bagi kesehatan. Sebaiknya warga kurangi aktivitas di luar," imbau Andra.

Terkait adanya warga Pekanbaru yang diduga meninggal karena gangguan pernapasan, Andra mengaku prihatin. Dia mengaku sudah menjenguk keluarga korban bernama Hunarum Angriawati tersebut.

Menurut Andra, gangguan pernapasan yang dialami Hunarum merupakan imbas dari kabut asap, namun bukan penyebab utama.

"Jadi begini, memang betul anak kita itu jatuh sakit ketika kabut asap menyelimuti Pekanbaru. Apa yang dihirupnya kemudian memicu gangguan pernapasan, tapi bukan penyebab utama," terang Andra.

Terkait biaya pengobatan Hunarum yang kabarnya mencapai puluhan juta, Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad Pekanbaru akan berkodinasi.

"Akan dikordinasikan. Tadi sudah disampaikan juga kepada keluarganya. Dinas Kesehatan akan membantu, begitu juga rumah sakit. Akan diringankan," pungkas Andra. (Ron)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya