IDI: Penanganan Kabut Asap Lambat dan Gagal

IDI menganjurkan pemerintah agar memperkuat koordinasi dan meningkatkan fungsi pemerintah daerah.

oleh Sugeng Triono diperbarui 10 Okt 2015, 14:33 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2015, 14:33 WIB
20151010-Gelar Diskusi Asap, Sejumlah Narasumber Kenakan Masker-Jakarta
Sejumlah narasumber mengenakan masker saat menjadi pembicara dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (10/10/2015). Diskusi tersebut membahas kabut asap dari kebakaran hutan yang semakin pekat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kabut asap yang timbul akibat kebakaran hutan yang melanda Sumatera dan Kalimantan sejak beberapa bulan terakhir, masih belum dapat ditanggulangi. Warga masih kesulitan mendapatkan udara bersih yang merupakan kebutuhan manusia untuk bernapas akibat kabut asap ini.

Tidak hanya mengganggu aktivitas, sejumlah penyakit pernapasan juga mulai menyerang warga, khususnya bagi anak-anak yang masih rentan. Bahkan sudah ada korban jiwa karena asap ini.

Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Zainal Abidin mengatakan, kabut asap ini akan paling berdampak bagi penderita penyakit jantung.

Sementara bagi manusia yang terus mengisap udara tidak sehat ini, penyakit semacam ISPA, bronkitis, alergi, dan iritasi mata akan mudah menjangkit.

"Sebetulnya 2 tahun yang lalu kita di IDI, sudah pernah membukukan sikap pandangan profesi terhadap asap akibat kebakaran hutan. Penyakit jantung juga akan diperparah dengan asap ini. Begitu pula penyakit-penyakit yang lain," ujar Zainal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (10/10/2015).

Pada kesempatan itu, Zainal menganjurkan sejumlah langkah untuk masyarakat yang berada di wilayah terkena dampak kabut asap.

Pertama, kata Zainal, masyarakat harus membatasi aktivitas di luar ruangan. Jika terpaksa berada di luar, dianjurkan selalu menggunakan masker, kacamata, dan penutup kepala.

"Kedua, perbanyak minum air putih, 2 liter sehari. Untuk yang punya sakit jantung dan paru-paru harus sediakan obat penyakit tersebut. Perilaku hidup sehat, cuci tangan, cegah polusi masuk ke rumah.

Langkah terakhir, kata Zainal, yakni biasakan mencuci makanan atau buah dan sayur yang akan dikonsumsi. Periksakan kesehatan ke dokter secara dini ketika mengalami hal yang mengganggu.

Selain kepada masyarakat, Zainal juga menganjurkan pemerintah agar memperkuat koordinasi dan meningkatkan fungsi pemerintah daerah. Jika dirasa tidak mampu, Presiden harus segera mengambil alih.

"Penanganan asap itu lambat dan gagal. Tecermin kurangnya koordinasi dari semua lini. Kemenkes juga. Karena selama ini yang diberdayakan puskesmas. Seberapa besar teknologi puskesmas untuk menangani asap ini," pungkas Zainal. (Dms/Sun)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya