Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat (AS) mengatakan kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang tidak pasti berdampak terhadap bisnis.
Kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump dinilai menyebabkan konsumen menghabiskan lebih sedikit uang untuk tiket pesawat dan burrito. Hal itu meningkatkan biaya bagi bisnis dan membuat rencana investasi menjadi mustahil ke depan.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip CNN, Jumat (25/4/2025), PepsiCo, American Airlines, Chipotle, IBM, Procter&Gamble dan perusahaan-perusahaan lain mengumumkan laba kuartalan pekan ini memberikan investor mengenai komentar public pertama tentang dampak tarif Trump. Perusahaan mengisyaratkan pajak impor dapat merugikan konsumen dan ekonomi.
Advertisement
"Kami memperkirakan lebih banyak volatilitas dan ketidakpastian terutama yang terkait dengan perkembangan perdagangan global, yang kami perkirakan akan meningkatkan biaya rantai pasokan kami,” ujar CEO PepSi Co, Ramon Laguarta.
Perseroan juga menurunkan prospek laba setahun penuh.
Adapun pemerintahan Donald Trump telah membuat serangkaian pengumuman yang memusingkan tentang tarif barang impor, yang terberat di China, yang mendorong negara-negara lain untuk membalas dengan tarif mereka sendiri.
Amerika Serikat telah mengenakan tarif universal sebesar 10% pada hampir setiap barang yang masuk ke negara tersebut, ditambah tarif yang lebih tinggi untuk barang-barang tertentu, dan tarif sebesar 145% pada China, yang pada dasarnya merupakan embargo perdagangan terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia.
Keputusan kebijakan yang tidak menentu ini, bersama dengan perlambatan konsumen, telah menjadi mimpi buruk bagi perusahaan-perusahaan terbesar di Amerika Serikat.
Berdampak pada Bisnis
Perusahaan-perusahaan tidak menyebut nama Trump, tetapi mereka semua mengatakan tarif berdampak buruk pada bisnis.
Chipotle melaporkan penurunan pertama dalam penjualan kuartalan di toko-toko yang telah buka setidaknya selama satu tahun sejak pandemi Covid-19. Jaringan tersebut juga mengatakan tarif akan menaikkan biaya bahan-bahan impor, seperti daging sapi dari Australia dan alpukat dari Peru.
Kekhawatiran seputar ekonomi "adalah alasan utama konsumen mengurangi frekuensi kunjungan restoran" pada kuartal lalu, kata CEO Chipotle Scott Boatwright dalam panggilan telepon dengan para analis.
Procter & Gamble, produsen Pampers, Tide, dan merek rumah tangga lainnya, memangkas panduan penjualannya untuk 2025 dan mengatakan tarif kemungkinan akan menyebabkan harga naik.
"Tarif pada dasarnya bersifat inflasi," ujar CEO Procter & Gamble Jon Moeller dalam sebuah wawancara di CNBC pada Kamis. Ia mengatakan harga Procter & Gamble kemungkinan akan naik mulai Juli, dan perusahaan juga akan berupaya mengubah beberapa formula produknya untuk mengimbangi dampak tarif.
Advertisement
Tiket Pesawat dan Hotel
Tarif dan tekanan ekonomi juga menekan perjalanan udara. American Airlines, Delta, Southwest, dan Alaska Air telah menarik panduan keuangannya pada 2025. Salah satu alasannya yakni ketidakpastian ekonomi. Amerika Airlines menyebutkan akan membebankan biaya baru pesawat kepada konsumen.
Vice chair American Airlines Steve Johnson menuturkan kepada analis kalau masyarakat AS berpenghasilan rendah akan terbang lebih sedikit.
"Kami yakin sebagian besar pelanggan kami yang paling sensitif terhadap harga, yang paling suka bepergian,” ujar dia.
Hotel dan industri yang bergantung pada pariwisata juga terdampak. Orang yang berpergian ke AS lebih sedikit. Menurut survei berkala the Federal Reserve terhadap bisnis, bisnis di bidang rekreasi dan perhotelan melaporkan lebih sedikit turis Kanada.
Seorang pemilik hotel di New York City melaporkan kepada Fed "penurunan reservasi internasional, dan kontak di bagian utara New York dekat perbatasan melihat penurunan kunjungan dari warga Kanada."
"Perjalanan dari Kanada menurun drastis, dan kontak-kontak khawatir bahwa perjalanan musim panas dari Eropa dan Tiongkok juga akan terganggu karena reaksi negatif terhadap kebijakan tarif AS," kata laporan Fed.
Merek AS Terkikis
Tarif juga telah membuat pasar saham anjlok dan memperlambat ekonomi. Dow turun 9,1% dalam tiga minggu pertama bulan April, kinerja indeks terburuk untuk April sejak 1932. Perang dagang Trump akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global tahun ini, kata Dana Moneter Internasional minggu ini.
Ekonom menuturkan, ada risiko tinggi resesi Amerika Serikat pada 2025. Diperkirakan 50%-70% seiring kebijakan perdagangan pemerintahan Trump.
Para pemimpin bisnis besar telah mengkritik kebijakan perdagangan Trump secara terbuka dalam beberapa minggu terakhir.
CEO Citadel Ken Griffin, miliarder pendukung Trump dan seorang donator besar bagi kandidat Partai Republik menuturkan, perang dagang telah merusak posisi AS di dunia.
“Amerika Serikat lebih dari sekadar negara. Ini adalah sebuah merek. Itu seperti aspirasi bagi sebagian besar dunia. Kita sedang mengikis merek itu sekarang,” ujar dia.
Advertisement
