Tak Mau Wisuda Pakai Peci, Mahasiswa Universitas Batam Protes

Menurut Novirman, topi wisuda yang selama ini dipakai, baik segi empat atau segi lima merupakan budaya Amerika yang disebut mortarboard.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 13 Okt 2015, 08:18 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2015, 08:18 WIB
20151013-Wisuda Pakai Peci-Mahasiswa Universitas Batam Protes
Ratusan mahasiswa Universitas Batam (Uniba) saat melakukan unjuk rasa di halaman kampus, Batam, Senin (12/10/2015). (Liputan6.com/Ajang Nurdin)

Liputan6.com, Batam - Mahasiswa Universitas Batam (Uniba) menolak penggunaan peci untuk wisuda. Mereka menuntut pihak kampus tetap menggunakan topi wisuda yang selama ini dipakai, baik segi empat atau segi lima atau yang disebut mortarboard.

Walau mendapat penolakan dari mahasiswa, Rektor Uniba tetap akan menggelar pelaksanaan wisuda memakai peci.

"Mengangkat muatan lokal budaya Melayu, peci merupakan identitas masyarakat Melayu, bahkan jati diri bangsa Indonesia. Pihak rektorat  akan mewisuda mahasiswa pakai peci," ucap Rektor Universitas Batam Novirman Jamarun saat di temui Liputan6.com di ruang kerjanya, Batam, Senin 12 Oktober 2015.

Novirman menjelaskan, sebenarnarnya aturan mengenakan toga tidak ada. Setiap perguruan tinggi juga dipersilakan berkreasi sendiri sesuai budaya lokal.

Menurut dia, topi wisuda yang selama ini dipakai, baik segi empat atau segi lima merupakan budaya Amerika yang disebut mortarboard, yang ditemukan oleh Edward O Relly dan Yoseph Durham pada 1950. Mortarboard biasa dipakai tassel atau jambul tali yang dipindahkan dari kiri ke kanan.

"Mortarboard bukan budaya Indonesia, tapi adalah budaya barat. Topi dulunya punya arti nilai bagi lulusan perguruan tinggi. Namun hingga kini bukan untuk wisuda lulusan perguruan tinggi, melainkan lulusan PAUD dan TPQ," kata dia.

Budaya Indonesia

Uniba, kata Novirman, bukan institusi pertama yang melakukan penggantian mortarboard dengan peci. Sementara di tempat lain perguruan tinggi sudah duluan memakai peci, seperti di Aceh, Lampung, dan beberapa perguruan tinggi lainnya.

"Penggantian topi kepada peci lebih diutamakan, karena peci merupakan budaya asli Indonesia, bukan lagi meniru-niru budaya asing," tegas dia.

Rektor Universitas Batam Novirman Jamarun saat memperagakan peci untuk wisuda. (Liputan6.com/Ajang Nurdin)

Sementara, lanjut Novirman, Uniba kampus yang berlokasi di tanah Melayu di Pulau Batam. Sedangkan, peci atau kopiah adalah pakaian nasional orang Melayu dan bahkan dipakai di Malaysia, Brunai, dan Thailand Selatan.

Selain itu, menurut Novirman, peci bukan saja identitas agama, dan bukan tanda kemusliman. Sebab peci sudah menjadi budaya formal orang Indonesia yang sering dilakukan pada acara-acara kenegaraan.

"Peci sebagai budaya Melayu, sebagai simbol jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia, yang telah diperkenalkan persiden pertama RI Soekarno, saat umur 20 tahun, pada saat rapat Jong Java di Surabaya 1921," papar dia.

"Kami tetap akan mewisudakan 776 mahasiswa menggunakan peci yang sudah dimodifikasi sesuai budaya Melayu," tegas Novirman kepada para mahasiswa usai rapat senat.

Penjelasan Rektor Uniba tersebut mendapat penolakan dari ratusan mahasiswa. Mereka tetap menuntut rektor dan yayasan tetap menggunakan mortarboard, saat wisuda November 2015.

"Sebelumnya pemakaian peci di Universitas Batam sudah dilakukan pada wisuda 15 November 2014, hanya untuk pimpinan saja pada saat wisuda S2. Untuk tahun ini akan diberlakukan seluruhnya," sambung Novirman.

Novirman menegaskan, baik pihak yayasan maupun rektorat sudah berkomitmen akan melestarikan budaya bangsa, sekaligus budaya Melayu. (Rmn/Mvi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya