Keraton Yogyakarta Gelar 'Topo Bisu Mubeng Beteng' Rabu Malam

Biasanya topo bisu akan mulai berjalan pukul 24.00 WIB.

oleh Yanuar H diperbarui 13 Okt 2015, 14:24 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2015, 14:24 WIB
Kerbau Bule Hingga Sedekah Merapi Saat Malam 1 Suro
Warga membawa sesaji kepala kerbau dan sejumlah tumpeng pada ritual tahunan 1 Muharam "Sedekah Merapi" di lereng utara Gunung Merapi, Selo, Boyolali, Jateng, Jumat (24/10/2014). (Antara Foto/Andika Betha)

Liputan6.com, Yogyakarta - Tradisi Topo Bisu Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta sudah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional. Mubeng Beteng ini biasa dilakukan masyarakat pada saat memasuki awal tahun baru penanggalan Jawa atau biasa disebut 1 Suro.

Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rinta Iswara sebagai Carik Tepas Tanda Yekti Keraton Ngayogyakarta mengatakan, malam tahun baru Jawa tahun ini masuk pada Rabu (Malem Kamis Pahing) tahun Jimawal 1949 atau 14 Oktober 2015 Masehi. Dengan demikian 1 Suro jatuh pada Kamis 15 Oktober 2015.

Rinta menjelaskan, penetapan malam 1 Suro berdasarkan penanggalan kalender Sultan Agungan. Menurut dia, hari-hari penting mulai tahun 1936 sampai tahun 2056 sudah tertulis dan terhitung oleh Keraton Yogyakarta.

"Penghitungan ini berdasarkan pedoman Kalender Sultan Agungan. Kalender ini sudah berjalan bertahun tahun kami berpegang pedoman dan paugeran yang sudah dibakukan," kata Rinta, Selasa (13/10/2015).

Rinta mengatakan, jika saat pergantian tahun baru masehi biasa dirayakan dengan suka cita namun berbeda saat malam 1 Suro. Setiap malam 1 Suro, masyarakat Yogyakarta cenderung melakukan aksi diam dan berdoa. Oleh karena itu sebagian masyarakat memanfaatkan dengan ritual Topo Bisu Mubeng Beteng dilaksanakan pada Rabu 14 Oktober 2015 malam.

"Biasanya topo bisu akan mulai berjalan pukul 24.00 WIB," ungkap dia.

Sementara itu Wakil Penghageng Tepas Tanda Yekti KPH Yudhahadiningrat mengatakan, adanya warga yang akan menggelar Mubeng Beteng di luar waktu yang ditetapkan keraton tidak jadi masalah. Sebab, penghitungan penanggalan ini sudah ditetapkan oleh keraton melalui kalender Sultan Agungan.

"Ya monggo saja kalau, ada yang melakukan beda. Mau siang mau kapan saja monggo. Kita punya penghitungan sendiri," ujar Yudhahadiningrat. (Mvi/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya