Liputan6.com, Jakarta - Di antara personel TNI serta relawan yang tengah berjibaku memadamkan api di lahan gambut di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, sosoknya begitu menyita perhatian. Wajar saja, di tengah kerumunan para pria yang penuh peluh itu dialah satu-satunya perempuan.
Dialah Intan Syafrini Fazrianti, gadis asal Bogor, Jawa Barat yang nekat datang jauh-jauh ke Kalimantan untuk membantu pemadaman api di lahan gambut hutan Kalimantan. Untuk memenuhi hasrat itu, Intan --demikian dia biasa disapa-- mengesampingkan kesehatannya sendiri.
Advertisement
"Orangtua tidak saya beritahu, yakin tak akan diizinkan karena saya memang punya gangguan pernapasan," ujar Intan saat dihubungi Liputan6,com, Minggu (8/11/2015) malam.
Advertisement
Intan bercerita, keinginan untuk menjadi relawan muncul ketika membaca pemberitaan media massa tentang maraknya kebakaran hutan dan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan.
"Sempat searching di internet mencari tahu kelompok relawan yang akan berangkat ke Kalimantan. Tidak sengaja ternyata ada teman yang sudah berangkat," jelas gadis berusia 19 tahun ini.
Tanpa Izin Orangtua
Dari sang teman itulah Intan kemudian mengenal Sekolah Relawan, kelompok relawan yang sebelumnya sudah memberangkatkan puluhan anggotanya ke Kalimantan Tengah. Pada Oktober lalu, dia mendapat kabar kalau akan segera diberangkatkan. Dilema pun muncul.
"Saya sampai nangis minta izin dan berdebat dengan orangtua, tapi tetap tak diberi izin. Selain itu, tugas kampus juga belum kelar dikerjakan," ujar mahasiswi semester 3 Politeknik Media Kreatif Jakarta ini.
Tekad untuk berangkat sepertinya sudah tak bisa dibendung lagi. Karena itu, ketika keesokan harinya diperintahkan berangkat, Intan tak lagi meminta izin kepada kedua orangtuanya.
"Saya berangkat dari tempat kos dan hanya adik yang saya beritahu dan meminta untuk dirahasiakan. Ini sesuatu yang nggak pantas ditiru sebenarnya," jelas anak pertama dari 2 bersaudara ini.
Berangkat sendirian dari tempat kos, setiba di Bandara Soekarno-Hatta ada 4 relawan lagi yang bergabung dengan Intan. 4 Relawan lainnya laki-laki dan tak ada yang dikenalnya.
"Kami mendarat di Banjarmasin (Kalimantan Selatan) dan bukan di Palangkaraya (Kalimantan Tengah) karena udara di Kalsel masih bersih," jelas dia.
Api Menyala di Lahan Gambut
Setelah tiba di tempat tugas, yaitu Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, dia baru mendapati kondisi yang tak mudah. Bahkan, meski sudah dipadamkan tak ada jaminan api tak bakal lagi muncul.
"Saya sempat melihat api yang menyala di kawasan yang apinya sudah dipadamkan, karena api itu tetap menyala di bawah lahan gambut yang sudah disiram," cerita Intan.
Sejak tiba di Desa Tumbang Nusa, dia pun mulai menjalani rutinitas yang ketat di posko relawan serta di lokasi hutan yang terbakar. Jadwal itu dimulai sejak subuh hingga malam hari.
"Setelah bangun pagi diawali dengan salat subuh berjamaah, kemudian ada pembagian tugas. Ada yang bertugas memasak atau membersihkan lingkungan posko, siangnya baru ke lapangan," jelas penyuka fotografi dan musik ini.
Namun, yang paling menegangkan bagi Intan adalah ketika berada di lokasi pemadaman hutan yang terbakar serta di lokasi pembuatan sumur bor. Saking bersemangatnya, dia lupa akan kondisi fisiknya sendiri.
"Saya tidak menyangka bisa seberani itu, sampai-sampai tidak peduli dengan keselamatan diri sendiri. Bahkan, ada kakak anggota TNI yang bilang saya berani banget. Sekarang baru jadi kepikiran," papar Intan yang sudah kembali berkumpul dengan keluarganya sejak Rabu 4 November lalu.
Relawan Tanpa Gadget
Hal lain yang dicatat Intan, selama bertugas dia bisa melupakan hal-hal yang selama ini menjadi kesehariannya. Sama seperti gadis lainnya, dia mengaku juga sangat gandrung dengan bermacam gadget. Tak ada waktu yang terlewat tanpa gadget di tangan. Namun, semua itu terlupakan.
"Saat berangkat saya juga membawa laptop dan gadget, tapi selama di posko relawan semua itu jadi tak berarti. Lebih seru bertukar cerita dan ngumpul dengan teman-teman relawan di posko. Padahal, di Jakarta saya aktif banget dengan gadget," ujar gadis yang rutin berolahraga ini.
Dari pengalaman selama di hutan Kalimantan itu, Intan merasa banyak hal yang dia dapat. Seperti pentingnya menjaga lingkungan agar tidak rusak oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab. Dia juga memberi penghargaan yang tinggi kepada seluruh relawan, anggota TNI serta aparat lainnya yang mau meluangkan waktu untuk membantu memadamkan api.
"Karena itu, kalau di lain waktu ada yang mengajak untuk turun lagi ke lapangan, saya siap untuk ikut. Tapi, lain kali saya pasti minta izin orangtua dulu sebelum berangkat," pungkas Intan sembari tertawa. (Ado/Ali)