Liputan6.com, Jakarta - Sosok Richard Joost Lino atau RJ Lino mulai jadi buah bibir ketika Kantor PT Pelindo II di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, digeledah polisi terkait kasus dugaan korupsi pengadaan mobile crane atau alat angkut berat pada Jumat 28 Agustus lalu.
Lino, hari ini, membetot perhatian karena KPK menetapkan Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II ini sebagai tersangka. Penetapannya sebagai tersangka terkait kasus dugaan korupsi pengadaan Quay Container Crane di Pelindo II tahun anggaran 2010.
Pada Agustus itu, saat mengetahui kantornya digeledah, Direktur Utama PT Pelindo II tersebut mengadu kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil.
Advertisement
Melalui sambungan telepon, Lino yang geram mengancam akan mundur dari posisinya sebagai Dirut PT Pelindo jika Presiden Joko Widodo atau Jokowi tak menyelesaikan persoalan ini segera.
"Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Pak Presiden, kalau caranya begini saya berhenti saja besok," kata RJ Lino kepada Sofyan Jalil via telepon di Kantor Pusat PT Pelindo II, Pelabuhan Tanjung Priok.
Berikut percakapan RJ Lino dengan Sofyan Djalil yang diperdengarkan langsung melalui speaker ponsel kepada para wartawan:
RJ Lino: Halo Pak Sofyan, selamat siang, Pak.
Sofyan: Kenapa Pak RJ Lino?
RJ Lino: Ini saya pulang rapat di luar tiba-tiba kok begitu banyak polisi di kantor.
Sofyan: Ada apa?
Baca Juga
RJ Lino: Ada penggeledahan. Mereka cari file. Ya saya hormatilah tugas mereka. Tapi ya saya tidak bisa begini ini. Harusnya dipanggil dulu, ditanya dulu, dicek dulu ada apa gitu ya."
Sofyan: Hmmm.
RJ Lino: Kemudian seperti Crane itu yang 10 itu. Very small investment dari investment yang besar. Kemudian itu kan sudah proses itu sudah diperiksa berkali-kali, BPK sudah periksa dan sudah clear juga, proses lelang sampai semuanya.
Sofyan: Yang dulu itu?
RJ Lino: Sebenarnya bukan lagi dipanggil KPK. KPK saya masih ikut campur untuk mutusin. Kalau ini saya sama sekali nggak tahu. Jadi mulai proses lelang.
Sofyan: Memang ada yang lapor?
RJ Lino: Saya kira ini ada karyawan JICT yang laporlah, ini biasa. Yang ini mulai proses lelang sampai diputusin pemenang kontrak saya tidak ngerti apa-apa.
Sofyan: Ya. Ya ya.. terus?
RJ Lino: Saya tidak pernah teken kontrak. Terus terang saya SMS Pak Luhut Pandjaitan (Menko Polhukam). Beliau lagi rapat. Saya protes besar. Kalau begini caranya, saya berhentilah sekarang.
Sofyan: Terus bagaimana sekarang?
RJ Lino: Kalau seperti ini caranya, saya berhenti saja. Nggak bisa negeri ini, Pak.
Sofyan: Ditelepon Pak Tito? Pak Kapolda?
RJ Lino: Enggak tadi saya telepon Pak Luhut. Bukan Kapolda, Pak. Tadi dari Bareskrim Polri yang ke sini. Pak Sofyan yaa, kalau Presiden tidak bisa clear hari ini, besok berhentilah. Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on Pak. I'm make this company so rich. Enggak fair, Pak. Bapak tolong kasih tahu Presiden deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti.
Sofyan: Ibu Rini Sumarno (Menteri BUMN) gimana?
RJ Lino: Ibu Rini sudah telepon Kapolri. Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Presiden, Pak, kalau caranya begini saya berhenti saja besok. Saya sama sekali disappointed. Saya sama sekali disappointed.
Sofyan: Dasarnya apa?
RJ Lino: Dasarnya katanya ada korupsi sama money laundring. Come on. Jadi Pak Sofyan tolong kasih tahu Presiden, kalau tidak clear-kan hari ini, saya berhenti besok. Saya tidak mau kerja seperti ini. Negeri ini tidak bisa seperti ini.