Tragedi Kebun Raya Baturraden, Pemburu Selfie Diminta Sadar Diri

Pembuatan flower bed jenis Miana Daun Merah memerlukan waktu sekitar 4 bulan untuk dirusak sehari setelah dibuka untuk umum.

oleh Aris Andrianto diperbarui 29 Des 2015, 15:18 WIB
Diterbitkan 29 Des 2015, 15:18 WIB
Tragedi Kebun Raya Baturraden, Pemburu Selfie Diminta Sadar Diri
Pembuatan flower bed jenis Miana Daun Merah memerlukan waktu sekitar 4 bulan untuk dirusak sehari setelah dibuka untuk umum. (Liputan6.com/Aris Andrianto)

Liputan6.com, Purwokerto – Rusaknya taman bunga di Kebun Raya Baturraden menjadi keprihatinan tersendiri untuk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ia meminta pengunjung untuk ikut menjaga taman dengan tidak berswafoto di tengah taman.

"Saya banyak dilapori masyarakat di twitter tentang rusaknya taman di kebun raya," kata Ganjar saat melakukan teleconference dengan Bank Indonesia Purwokerto dan Stakeholders di Hotel Aston Purwokerto, Selasa (29/12/2015).

Ia mengatakan, rusaknya taman bunga bahkan sempat menjadi trending topic di sejumlah media. Menurut dia, pihak pengelola sudah melakukan langkah pencegahan agar kerusakan tak bertambah.

Namun, kata dia, perilaku pengunjung merupakan elemen sentral dalam menjaga kondisi taman bunga. Kebun Raya Baturraden sendiri baru diresmikan oleh Megawati Soekarno Putri dan Ganjar Pranowo pada Sabtu, 19 Desember 2015 lalu. "Perilaku kita terhadap lingkungan yang harus dijaga," kata Ganjar.

Rusaknya flower bed jenis Miana Daun Merah atau Coleus blumei yang berada di Kebun Raya Baturraden terjadi sehari setelah diresmikan oleh Megawati Soekarno Putri. Jumlah pengunjung langsung membludak yang berakhir dengan banyak tanaman yang rusak.

Kerusakan rata-rata berada di sekitar Miana Daun Merah dengan lebar kerusakan sekitar 30-40 cm, kedalaman 2,5 meter atau sekitar 4-5 lajur. Pengelola langsung memasang papan peringatan dan memagari sekeliling taman bunga tersebut.

"Saat itu, jumlah pengunjung mendadak naik drastis. Banyak dari pengunjung yang tidak mengindahkan aturan agar tidak menginjak serta merusak tanaman di flower bed," kata Indarto, petugas lapangan yang saat itu bertugas.

Puncaknya saat libur panjang kemarin. Jumlah pengunjung membengkak dari biasanya sekitar 500 pengunjung menjadi sekitar 2.000 pengunjung. Petugas langsung dikerahkan untuk bersiaga menjaga tanaman agar tidak ada masyarakat yang kembali masuk bahkan menginjak pagar serta papan peringatan.

Namun, pengunjung yang narsis malah semakin menjadi-jadi. Rambu larangan yang terpasang ikut terinjak-injak pengunjung yang memilih berfoto di atas flower bed Bunga Maina Daun Merah.

"Kami harus kerja keras untuk memecah konsentrasi pengunjung yang berkumpul di area Kebun Raya Baturraden agar berpindah dulu ke tempat lain melalui pengeras suara megaphone," ucap Indarto.

Minim Petugas

Indarto menuturkan, flower bed yang ada di Kebun Raya Baturraden dibuat sekitar akhir Agustus 2015. Tak kurang ada sekitar 12 jenis tanaman yang ditata dalam flower bed tersebut. Tanaman tersebut dipilih berdasarkan pada tingkat suhu, kelembaban serta kondisi tanah yang sesuai dengan alam Baturraden.

"Saat ada pengunjung yang merusak flower bed, kami kaget karena butuh waktu untuk mengembalikan kondisinya seperti semula dan perlu perawatan, seperti penyiraman dengan air yang cukup," kata Indarto yang menjadi spesialis anggrek di Kebun Raya Baturraden.

Indarto melanjutkan, setidaknya saat perusakan terjadi ada sekitar 3.000-an lebih pengunjung yang memadati Kebun Raya Baturraden. Jumlah tersebut, kata dia, jauh lebih banyak dari kunjungan biasa di destinasi wisata terbaru di Banyumas tersebut.

"Kalau sebelumnya mungkin sekitar tiga ratusan, tetapi setelah launching membludak," sahut dia.

Antusiasme pengunjung juga berdampak pada arus lalu lintas menuju lokasi wisata alam tersebut. Untuk arus naik dan turun kendaraan roda empat atau lebih, petugas harus berkoordinasi satu sama lain agar tidak terjadi kemacetan.

"Kami juga harus turun mengatur jalan karena kalau tidak begitu bisa macet. Cara kami kemudian untuk mengatur arus kendaraan memberlakukan sistem buka tutup, karena menuju ke sini banyak tikungan curam dan jalan sempit," ujar Indarto.

Diakui Kepala Balai Konservasi Tanaman Kebun Raya Baturraden, Ammy Nita Manalu, hingga saat ini pengelolaan obyek wisata tersebut masih belum memadai dari segi kuantitas petugas.

Dia menerangkan, "Saat ini kami hanya memiliki 22 orang pegawai, termasuk saya dan pejabat struktural. Padahal, kami masih butuh banyak orang untuk merawat kebun raya ini."

Hingga saat ini, persoalan tersebut akan menjadi pekerjaan rumah mengingat musim libur akhir tahun dan sekolah masih tersisa. Kesigapan petugas lapangan Kebun Raya Baturraden kini menjadi garda terakhir menjaga fungsi kebun raya sebagai konservasi, penelitian, pendidikan, wisata alam dan jasa lingkungan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya