Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mempersilakan para bawahannya untuk bekerja keras meraih nilai terbaik. Nilai itu akan menentukan posisi mereka akan diganti atau tidak.
Pria yang karib disapa Ahok itu memang membebaskan para bawahannya untuk menerapkan sistem kerja terbaiknya. Satu hal yang paling tidak disukai Ahok adalah bermain politik dan SARA (Suku, Agama dan Ras).
"Jangan main politik saya enggak suka. Main politik yang dukung saya juga saya enggak suka. Apalagi enggak pilih saya. Nggak apa-apa, tapi jangan main politik terang terangan. Apalagi kalau Anda main SARA, selesai sama saya," ujar Ahok saat memberikan sambutan terkait Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) di Balaikota, Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Menurut mantan Bupati Belitung Timur itu, setiap pejabat DKI Jakarta sudah disumpah untuk taat kepada Pancasila dan UUD 1945. Dalam kedua pedoman negara itu jelas tidak ada celah untuk SARA.
Baca Juga
"Kalau mau ubah negara ini jadi syariah, ya tumbangkan Pancasila dan UUD 1945 ini. Selama kita pakai ini lu enggak bisa main SARA. Kalau begitu Anda pengkhianat, Anda melanggar sumpah jabatan," ujar Ahok.
Sejak awal, pria berkaca mata itu sudah menegaskan tidak ada celah untuk mempermainkan isu SARA. Terlebih, sumpah jabatan sudah sangat jelas.
"Jelas konsekuensinya. Bukan karena saya dianggap minoritas terus begitu. Kalau Anda main SARA selesai Anda. Saya tidak pernah takut karena disumpah untuk mempertahankan NKRI dengan Pancasila dan UUD 1945," pungkas Ahok.