Liputan6.com, Jakarta - Nama organisasi Gafatar menjadi perbincangan akhir-akhir ini. Organisasi itu dituding sebagai penyebab hilangnya dokter Rica dan sejumlah orang lainnya di Yogyakarta.
Mantan pengurus Gafatar menyatakan hilangnya sejumlah orang di Yogyakarta tidak terkait organisasi tersebut. Sebab, organisasi itu sudah bubar pada 2015. Oleh karena itu, tidak ada lagi kegiatan Gafatar di Indonesia seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
"Gafatar secara resmi sudah membubarkan diri tahun 2015 lalu. Jadi dari pengurus pusat hingga daerah sudah bubar," kata Ahsan (bukan nama sebenarnya) saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (12/1/2016).
Ia menduga ada kepentingan dari kelompok tertentu dalam kasus orang hilang di Yogyakarta. Terkait organisasi Gafatar yang mengajarkan anggotanya untuk tidak salat dan puasa, Ahsan menyebut itu bukan bagian dari organisasi. Gafatar adalah gerakan sosial dan budaya.
"Setelah Gafatar membubarkan diri saya tidak pernah mengikuti lagi. Saya tidak tahu apakah itu Gafatar atau bukan. Tapi kalau orientasinya seperti itu sudah berbeda," kata Ahsan.
Baca Juga
Ia menjelaskan Gafatar sudah dibubarkan setelah fatwa dari MUI Aceh yang menyatakan Gafatar Aceh merupakan ormas sesat. Setelah fatwa itu, pengurus DPD Gafatar Aceh akhirnya dipidanakan. Ia mengaku organisasinya tidak sesat.
"Karena kasus itu kemudian membubarkan diri. Tapi bagi kami, Gafatar itu tidak sesat," kata dia.
Ahsan mengaku tidak mengetahui dengan kegiatan Gafatar di Kalimantan yang menjadi tujuan perginya sejumlah orang yang hilang. Menurut dia, setiap daerah memiliki pengurus sendiri di tingkat provinsi hingga kabupaten, termasuk yang ada di Kalimantan.
"Kami tidak punya proyek di Kalimantan. Kenapa mereka pergi ke sana saya tidak tahu," kata Ahsan.**