Liputan6.com, Jakarta - Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu tengah tersandung kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan terhadap asisten pribadinya (Aspri) di DPR, Dita Aditia Ismawati yang ternyata pengurus Nasdem DKI Jakarta.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno mengaku kecolongan dan lalai karena Anggotanya Masinton, merekrut aspri dari kader parpol lain.
"Ini kelalaian anggota kami. Itu pasti pada awalnya yang bersangkutan (Dita) mengaku siap menjadi kader PDIP dan berjanji akan bikin Kartu Tanda Anggota (KTA)," kata Hendrawan kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (1/2/2016).
Anggota Komisi XI DPR ini menduga, Dita sengaja tidak membuat atau mendaftarkan diri menjadi kader PDIP hingga akhirnya ada kasus tersebut. Sebab, hingga kini Dita masih tercatat menjadi kader Nasdem.
"Niatannya mungkin dari awal sudah mau menyelundup," ujar dia.
Hendrawan juga meminta, seharusnya seluruh anggotanya DPR dari fraksi PDIP bisa selektif dalam memilih para stafnya di DPR. Namun demikian, ia mengaku semuanya diserahkan kembali kepada anggotanya masing-masing dalam memilih stafnya tergantung kebutuhan dari anggotanya tersebut.
"Kita pimpinan fraksi dan Sekjen kan memang selektif, menyodorkan kriterianya seperti apa. Tetapi itu semua kembali lagi ke anggota, karena dia yang wawancara dan memilih langsung tergantungkebutuhannya si anggota," tegasHendrawan.
Baca Juga
Kental Aroma Politis
Hendrawan menyatakan, pimpinan Fraksi PDIP sudah melakukan konfirmasi langusung kepada Masinton Pasaribu terkait dugaan tindak penganiayan terhadap Dita tersebut.
"Sudah kita minta klarifikasi, dan Masinton mengaku tidak melakukan yang dituduhkan itu tidak betul," kata Hendrawan.
Hendrawan mengungkapkan, dari pengakuan Masinton, lebam yang terdapat di salah satu mata Dita itu terjadi karena ketidaksengajaan yang dilakukan sopirnya dan hal tersebut juga dibenarkan oleh staf Masinton yang lain.
"Dalam klarifikasi jelas bahwa yang bersangkutan (Dita) mabuk dan teriak-teriak sendiri dalam mobil dan mau merebut stir mobil. Itu dibenarkan oleh sopir dan 2 staf Masinton yang lain ini yang bersangkutan sukanya dugem, kan jadi 3 lawan 1 kesaksiannya," papar dia.
Ia pun menyayangkan kejadian yang menimpa Masinton yang menurutnya bisa diselesaikan secara baik-baik. Bahkan Hendrawan menduga kejadian tersebut sengaja dibesar-besarkan dengan motif politis.
"Kasus ini kuat sekali muatan politisnya, karena persoalan anggota dan stafnya ini sebenarnya bisa diselesaikan kekeluargaan. Ini kan persoalan kecil yang tidak mencerahkan kehidupan bangsa tiba-tiba didorong menjadi persoalan besar," tandas Hendrawan.