Liputan6.com, Jakarta - Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti, punya segudang pengalaman di Kalijodo, Jakarta Utara. Salah satu yang dia ingat adalah ketika moncong pistol pentolan Kalijodo, Abdul Aziz, lurus mengarah dirinya.
Saat itu Krishna tidak mengenakan seragam polisi. Dia berada di Kalijodo bersama 7 anggotanya untuk melerai bentrok 2 kelompok asal Sulawesi Selatan. Tahun 2001-2004, dia didapuk memegang kendali Polsek Metro Penjaringan Polres Jakarta Utara.
Seperti dalam buku karya Krishna, Geger Kalijodo, suasana mendadak tegang saat Daeng Aziz menodongkan dan menggertak Krishna. Dia lalu meminta Daeng Aziz menurunkan pistolnya.
Advertisement
Baca Juga
Pentolan Kalijodo yang disegani itu seperti terbius. Dia menurunkan senjatanya meski matanya masih terlihat merah, marah. Daeng Aziz lalu meninggalkan kerumunan dan pergi begitu saja.
Perwira menengah yang pernah bertugas di markas besar PBB ini tidak serta merta menangkap penodongnya. "Saya mau ambil senjatanya tapi dia di belakangnya ada 300 orang bawa tombak, kalau enggak salah. Kalau saya langsung rebut terlalu berbahaya. Saya minta dia turunkan senjata, dan besoknya kami tangkap dia," cerita Krishna di Mapolda Metro Jaya, Selasa (16/2/2016).
Polisi pun menjerat Aziz dengan 2 pasal sekaligus, perjudian serta kepemilikan senjata api. Momen dibekuknya Aziz serta merta dimanfaatkan polisi untuk membersihkan kawasan Kalijodo.
"Setelah itu Kalijodo kami ratakan. Prostitusi, muncikari ditutup, perjudian habis," ucap Krishna.