Wakil Ketua MPR Semangati Mahasiswa Hadapi MEA

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua MPR saat sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Uhamka.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 18 Mar 2016, 12:25 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2016, 12:25 WIB
20160318-mpr-jakarta-mea
Wakil Ketua MPR Mahyudin melakukan sosialisasi 4 Pilar kebangsaan di Kampus Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka). (Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua MPR Mahyudin kembali melakukan sosialisasi 4 Pilar kebangsaan. Sosialisasi 4 pilar kali ini diberikan kepada para mahasiswa di Kampus Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka).

Pada kesempatan itu, dia juga membuka acara Seminar Nasional Pendidikan yang bertema Meraih Pendidikan Tinggi di Kanca Internasional dan Ekonomi. Seminar itu bertema Arah Perekonomian Indonesia pada Era MEA.

Dia mengingatkan betapa pentingnya 4 pilar MPR bagi kehidupan bangsa dan negara, termasuk di dalamnya Undang-Undang Dasar (UUD).

"UUD inilah yang menentukan kita mau dibawa ke mana dan MPR telah melakukan amandemen 4 kali," ungkap Mahyudin di Uhamka Jakarta, Jumat (18/3/2016).

Dia pun menyetujui ide untuk kembali menghidupkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sebab, dalam GBHN terdapat arah pembangunan Indonesia yang sangat jelas.

"Ide menghidupkan kembali GBHN luar biasa, yang ekstremnya saja pemerintah sekarang ini tidak memiliki arah yang jelas. Kalau dulu GBHN ada pembangunan jangka pendek, menengah, dan panjang dan kalau presiden 3 kali tidak melakukan GBHN akan diberikan momerandum," papar Mahyudin.

Politikus Partai Golkar ini juga berujar, dengan menghidupkan kembali GBHN, maka pertumbuhan ekonomi dapat terukur.

"Kita hidupkan kembali GBHN agar pertumbuhan ekonomi kita terukur. Jadi tidak usah lagi banyak pencitraan. Harusnya tak usah pencitraan, Anda (pemerintah) kerja saja untuk rakyat," kata Mahyudin.

Kejar Ketertinggalan

Dia pun turut memberikan dorongan, semangat, dan motivasi bagi para mahasiswa agar mampu berkembang dan mengejar ketertinggalan Indonesia.

"Dunia perguruan tinggi Indonesia memiliki tantangan yang sangat besar. Mereka harus mengejar ketertinggalannya dari perguruan tinggi luar negeri. Karena sampai saat ini belum ada satupun universitas di Indonesia yang bisa menembus peringkat 600 perguruan tinggi dunia," ucap Mahyudin.

"Padahal banyak anak-anak dan mahasiswa Indonesia yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Mereka kerap memenangkan olimpiade ilmu pengetahuan, seperti salah satunya adalah lomba fisika dan itu di tingkat regional maupun internasional. Mereka hanya butuh fasilitas untuk mengembangkan potensi yang dimiliki," sambung dia.

Terlebih, lanjut dia, tantangan Indonesia dalam menghadapi MEA ini adalah menyiapkan sumber daya manusia.

"Berlakunya MEA ini memberikan peluang dan tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Kalau tidak bersegera disiapkan, niscaya Indonesia bakal jadi pasar bagi produk negara lain. Namun jika dimanfaatkan, MEA juga bakal jadi peluang besar bagi Indonesia menguasai Asia dan dunia melalui pintu ASEAN," tandas Mahyudin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya