Liputan6.com, Jakarta - Demo sopir taksi dan angkutan kota Selasa lalu, berlangsung ricuh. Bahkan, sempat diwarnai bentrok antara sopir taksi dan pengemudi ojek online.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pun kesal. Menurut dia, keduanya sama-sama melanggar aturan dan tidak adil.
Ahok mengatakan, taksi konvensional harus siap menghadapi persaingan baru dengan angkutan berbasis online. Mereka tidak menyesuaikan tarif bila harga BBM turun. Padahal saat harga naik, mereka teriak meminta tarif dinaikan.
"Perusahaan taksi juga harga minyak naik, naik, juga enggak mau turun. Ini enggak bener. Ada juga yang dari luar DKI masuk, monopoli juga. Sudahlah, enggak usah teriak-teriak siapa yang ilegal," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta Kamis (24/3/2016).
"Saya cuma enggak ingin sopir taksi jadi korban. Kasihan gaji mereka berapa, diadu-adu seperti itu. Mereka panik dong penghasilan rendah. Kalau yang berani, ya langsung pindah ke Grab Taxi. Beberapa itu yang enggak berani ya enggak pindah. Saya bilang, usaha adil," sambung dia.
Ahok mengatakan, sebenarnya perusahaan taksi mendapat untung besar ketika harga BBM naik. Apalagi saat harga bahan bakar turun, lebih banyak lagi pendapatan mereka.
"Sekarang periksa pembukuan taksi reguler, setelah minyak naik langsung penghasilan lebih tinggi. Karena naiknya minyak dengan penghasilan enggak sesuai, lebih tinggi penghasilan. Minyak turun lebih gila lagi untungnya," kata dia.
"Lihat aja itu public company, terbuka periksa aja penghasilannya, tiap kali ada momen harga minyak naik pasti lebih untung," lanjut Ahok.
Stiker
Baca Juga
Tak berbeda dengan taksi konvensional, kata Ahok, angkutan berbasis aplikasi atau online, juga dirasa tidak adil dan cenderung 'ngeyel'. Ahok hanya meminta mereka menempelkan stiker di setiap kendaraan yang bergabung dengan perusahaan mereka.
Advertisement
Baca Juga
Bila itu tak mau menempelkan stiker juga, Ahok menyarankan, agar mereka memberikan data kendaraan mereka dan pengemudinya, kepada Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya. Sehingga mudah dalam pengawasan.
"Kita paksa, kan orang kerja banyak, investasi banyak. Kamu juga mesti tempel dong kayak di Singapura Grab Taxi. Supaya orang yang pesan kasih link dong ke polisi, Dishub adil toh. Supaya kita tahu nih yang pesan yang terdaftar di Grab Taxi, di Uber, tahu enggak nama-namanya," kata dia.
"Kamu harus buka dong kasih tahu kita, dia enggak mau buka kan konyol juga. Saya sederhana aja. Yang plat hitam di dalam kota boleh dong, tapi kamu mesti daftar. Karena saya mau kejar pajak penghasilan Anda, supaya saya kenalin supaya adil," sambung Ahok.
Menurut Ahok, pihaknya sekarang hanya bisa menindak setiap angkutan umum yang melanggar aturan, baik konvensional maupun berbasis aplikasi. Dia tak masalah bila harus kucing-kucingan seperti dengan PKL.
"Iya kita sekarang kayak PKL aja kejar, tangkap. Jangan sampai ada demo, ya demo kenapa mesti rusak taman saya? Rusak mobil? Anda kurang ajar. Sekarang saya tanya, mana ada sopir taksi yang sejahtera dapat gaji besar? Saya tanya," ketus dia.
Ahok menegaskan, dirinya tak mau membela angkutan berbasis online maupun konvensional. Apalagi, unjuk rasa Selasa lalu dengan menghasut orang lain agar berbuat kerusuhan.
"Jadi jangan memperalat sopir taksi ini berantem gini, ini nyawa orang kerja. Ini yang saya marah, saya bukan mau bela siapa-siapa. Tugas saya itu mewujudkan keadilan, mengadministrasi keadilan, dan jangan menghasut orang kayak gitu, dong. Saya marah, gitu loh. Kencing sembarangan di taman saya sebel juga saya," pungkas Ahok.