Isak Tangis dan Minta Tolong di Makam Tanpa Nama Tragedi Mei 1998

Suara-suara aneh seperti menangis dan teriakan minta tolong dari area makam tragedi Mei 1998 biasanya terdengar saat magrib.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 13 Mei 2016, 18:20 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2016, 18:20 WIB
PHL di TPU
Pekerja Harian Lepas bersantai seusai bekerja di TPU Pondok Ranggon (Liputan6.com/Rizki Amelia Octora)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan nisan tanpa nama berderet rapih di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Ada kisah horor di areal makam seluas 62 hektare ini. Isak tangis dan meminta tolong kerap terdengar kala magrib tiba.

Pekerja Harian Lepas (PHL) TPU Pondok Ranggon, Sakri, menceritakan kisah tersebut. Menurut dia, sebelum areal makam diperluas, tepatnya dekat dengan makam korban Tragedi 1998, ada lokasi proyek. Setiap menjelang magrib, penjaga proyek selalu mendengar isak tangis dan suara minta tolong. Sumber suara pun tidak hanya satu.

"Katanya di situ tuh sering ada yang nangis. Sebelumnya di sini dekat situ tuh ada proyek. Kalau hari Sabtu tukang-tukangnya pada pulang. Nah kebetulan ada 1 orang yang tinggal di situ enggak pulang. Waktu magrib itu langsung pada berisik, ada yang minta tolong," ujar Sakri saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis 12 Mei 2016.



Ratusan nisan tanpa nama atau Mr X ini menjadi saksi bisu tragedi berdarah 1998 (Liputan6.com/Nanda)

Sakri yang sudah 25 tahun bekerja di TPU Pondok Ranggon, mengaku belum pernah melihat atau mendengar secara langsung kejadian aneh yang sempat heboh itu. Bagi dia, selama kita terus mendekat dengan Sang Pencipta, pastinya akan jauh dari hal seperti itu.

Lain dengan Sakri, bocah kelas 6 SD, Yanto, mengaku pernah melihat hal aneh di makam. Setiap hari, pergi maupun pulang sekolah, Yanto selalu melintasi areal pemakaman TPU Pondok Ranggon dan makam Tragedi Mei 1998.

Pernah suatu saat, anak laki-laki yang bersekolah di SDN 03 Pondok Ranggon itu berjalan bersama teman-temannya melewati makam Tragedi Mei 1998. Tanpa diduga, tampak sosok menyerupai singa muncul di sekitar makam tragedi berdarah itu.

Sontak mereka kaget dan langsung berlari kalang kabut. "Waktu itu mau pulang sama ajak teman-teman ke rumah. Tahunya ada kayak singa gitu. Kata teman-teman siluman singa. Kita kabur langsung," cerita Yanto.

Meski begitu, Yanto mengaku tidak kapok melintasi makam untuk pergi dan pulang sekolah. Suasana hening dan sejuk menjadi alasan dia betah berjalan menelusuri jejeran makam di TPU Pondok Ranggon.

Entah cerita-cerita berbau mistis itu benar ada atau tidak, keluarga para korban Tragedi Mei 1998 yang merasa kerabatnya dimakamkan di sana, masih tetap setia mengunjungi makam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya