Liputan6.com, Jakarta - Sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso kembali digelar. Ahli psikologi klinis, Antonia Ratih Andjayani membeberkan hasil pengamatannya terhadap kondisi psikologi Jessica.
Menurut dia, Jessica tidak menunjukkan adanya trauma melihat temannya, Mirna Salihin sekarat hingga meninggal dunia. Padahal, Mirna keracunan minuman kopi yang dipesannya.
"Yang ditampilkan adalah perilaku tidak lazim, tidak biasa, tidak umum, perilaku yang aneh. Karena pengalaman bertemu, berhadapan ada orang meninggal di depan kita adalah pengalaman yang menimbulkan trauma, bahkan seorang dokter sekalipun. Sejauh yang saya amati, ini tidak muncul (pada Jessica). Kelihatan biasa sekali, bahkan tampil sebagai figur yang sangat eksis," beber Ratih.
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia, bagi orang pada umumnya bila melihat seseorang dengan kondisi seperti Mirna Salihin, maka akan menimbulkan trauma. Trauma itu berupa kesedihan, ketakutan, kekhawatiran, kepanikan, apalagi adalah seorang teman yang efek traumanya akan muncul dan menguat.
"Bila terjadi (kematian) di sebelah kita, menjadi alasan trauma menguat, ketika meninggal karena hidangan yang kita pesankan, juga muncul rasa bersalah. Akan ada takut, dengan demikian akan muncul berduka, berkabung, lebih empati kepada keluarga. Tapi kesimpulannya, ada indikasi daya empati yang bersangkutan (Jessica) tidak berkembang secara cukup baik. Apakah ini wajar? Tidak," tegas Psikolog Klinis lulusan Universitas Indonesia ini.
Wayan Mirna Salihin tewas usai menyeruput es kopi Vietnam mengandung sianida di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat pada 6 Januari 2016. Teman Mirna, Jessica Wongso kini menjadi terdakwa dalam kasus dugaan pembunuhan berencana ini.