Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjamin kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Tanah Air tahun ini, tidak akan lebih parah seperti pada tahun 2015 silam. Hal itu berdasarkan data yang dihimpun dan memperlihatkan penurunan drastis sebesar 61 persen.
"Perbandingan hotspot, pada September nanti akan banyak hujan. Dampaknya sampai akhir 2017. Jadi kita perkirakan kebakaran hutan tidak seperti tahun 2015. Kita kalau ada hotspot kini minimalkan. Kebakaran tidak akan meluas seperti 2015," tutur Kepala Pusat Data dan Informasi Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB, Jalan Pramuka Raya, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (29/8/2016).
Baca Juga
Sutopo menjelaskan, penurunan sebesar 61 persen itu berdasarkan perhitungan periode 1 Januari sampai dengan 29 Agustus pada tahun 2015 dan 2016.
Advertisement
Untuk tahun 2016, jumlah titik api terhitung sebanyak 12.884. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan tahun 2015, yang titik api terhitung ada 32.734.
Kendati, Sutopo tidak dapat memperkirakan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia apakah akan tetap berimbas ke negara tetangga. Sebab, faktor arah angin menjadi sangat berdampak terhadap sebaran asap hasil kebakaran hutan dan lahan.
"Prediksi kami kebakaran lahan dan hutan tidak akan meluas. Menyebar ke negara tetangga tergantung anginnya. Kita pun tidak bisa memprediksi siklon kan," jelas dia.
Selain itu, lanjut dia, kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2016 ini dapat berkurang karena adanya kesadaran dari pemerintah daerah setempat, yang menjadi langganan bencana tersebut. Mereka sudah sejak dini mencanangkan siaga darurat.
"Kini enam provinsi sudah melakukan siaga darurat. Jadi kita bisa gampang antisipasinya," imbuh Sutopo.
Pihaknya pun memprediksi bahwa kebakaran lahan dan hutan di Indonesia tahun ini akan benar-benar teratasi pada Oktober mendatang. Itu dikarenakan adanya faktor alam yakni anomali cuaca La Nina yang membuat curah hujan meningkat.
"Perkiraan kami Oktober sudah selesai (pemadaman titik api)," pungkas Sutopo.