Polisi Temukan Seorang Anak Disekap di Kamar Muncikari AR

Anak yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu tengah berada di dalam kamar AR dan terkunci dari luar.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 03 Sep 2016, 10:22 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2016, 10:22 WIB
AR, Mucikari Prostitusi Online untuk Kaum Gay
Diduga, sudah ada 99 anak korban prostitusi kaum gay yang terjaring para mucikari, salah satunya AR. (Ilustrasi: wpengine.netdna-cdn.com)

Liputan6.com, Jakarta Kamar kosan yang dihuni muncikari berinisial AR (41) di Kampung Kirangsari RT1/8, Kelurahan Harjasari, Kota Bogor, Jawa Barat telah digeledah petugas Bareskrim Mabes Polri.

Penggeledahan dilakukan beberapa jam setelah AR ditangkap di Hotel Cipayung Asri, Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor pada Selasa 30 Agustus 2016 sore. AR dibekuk karena menjalankan bisnis prostitusi anak laki-laki yang dijajakan bagi kaum gay.

Komarudin, ketua RT setempat yang ikut mendampingi polisi saat penggeledahan menuturkan, petugas menemukan seorang anak laki-laki yang diduga salah satu korban yang akan dijual ke kaum gay oleh AR.

Anak yang diperkirakan masih berusia antara 16-17 tahun yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu tengah berada di dalam kamar berukuran 2,5 x 4 meter. Saat itu, pintu dalam keadaan terkunci dari luar.

"Sepertinya anak itu ditinggal sendirian saat AR pergi ke hotel di Cipayung," kata Komarudin, Sabtu (3/9/2016).

Namun ia mengaku tidak mengenal ABG yang berada di dalam kamar AR itu. "Saya tanyakan ke warga enggak ada yang kenal," ujar dia.

Petugas akhirnya mengamankan anak itu ke dalam mobil dan membawanya ke Mabes Polri. "Saya sempat bilang ke polisi, Pak anak ini kemungkinan juga korban. Akhirnya anak itu juga dibawa," kata Komarudin.

Selain membawa seorang remaja, polisi juga menyita barang bukti dua dus besar berisi kondom dan telepon genggam di kamar lantai atas itu. "Handphone sama kondom dibawa polisi," ucap dia.

Selama tinggal di kosan sejak tiga bulan lalu, kamar AR sering dijadikan tempat berkumpul para remaja yang mengenakan pakaian seragam sekolah.

"Yang saya lihat kebanyakan anak sekolah pakai seragam. Yang dateng orangnya beda-beda," tutur dia.

Namun, ia tidak menyangka jika kosan itu ternyata digunakan AR sebagai tempat untuk merekrut para calon korban.

"Saya baru tahu saat digeledah polisi kemarin. Ternyata selama ini anak-anak kumpul di sini itu buat dijual," ujar dia.

Komarudin juga sempat heran, setiap kali ia berpapasan dengan AR, dia selalu menghindar. "Kalau ketemu saya langsung kabur," ujar Komarudin.

Sementara itu, Sukarto pemilik kosan juga mengakui jika anak-anak berseragam sekolah sering bermain kosan AR. Namun ia tidak mengetahui secara pasti aktivitas mereka jika sedang berada di dalam kamar.

"Orangnya sih normal. Cuma agak tertutup. Sama saya juga jarang komunikasi," ujar Sukarto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya