Miris, Siswa SMP NU Megamendung Belajar di Gedung Setengah Jadi

Lebih memprihatinkan, di tengah ruangan kelas itu dua bilah bambu yang menopang atap bangunan agar tidak roboh.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 14 Nov 2016, 22:51 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2016, 22:51 WIB

Liputan6.com, Bogor - Kondisi gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nadhlatul Ulama (NU) di Kampung Babakan, Desa Cipayung Datar, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sangat memperihatinkan. Meski tidak sempurna, gedung sekolah itu tetap dipakai untuk aktivitas belajar mengajar.

Saat Liputan6.com menyambangi sekolah tersebut, Senin (14/11/2016), bendera Merah Putih bertiang bambu berkibar dengan gagahnya di depan gedung sekolah yang dibangun setengah jadi itu.

Di dalam ruang kelas 1 dan 2, terdapat sejumlah anak dengan seragam putih biru duduk memperhatikan papan tulis.

Sedangkan di ruang kelas 3, siswa sedang berdiskusi sambil duduk di kursi reyot. Lebih memprihatinkan, di tengah ruangan itu dua bilah bambu yang menopang atap bangunan agar tidak roboh.

Dari tiga ruang kelas yang ada di SMP NU tersebut, dua di dinding bangunannya belum diplester dan lantai kelas juga nyaris seperti tanah karena tidak dikeramik.

Sementara, toilet sekolah sangat darurat, tanpa pintu dan atap. Ruang guru juga hanya berupa gubuk berukuran 2x3 meter.

Ironisnya, sekolah tersebut berada di wilayah yang sarat dengan pembangunan vila, tempat hiburan, dan hotel mewah. Bahkan, Kabupaten Bogor sendiri digadang-gadang sebagai kabupaten termaju di Indonesia.

Di Tengah Kebun Singkong

Salah satu guru SMP NU Badrudin menjelaskan, pembangunan yang tak tuntas itu karena masalah dana. Pihak Yayasan Darul Fati Al-Islami selaku pengelola sekolah tidak mampu melanjutkan pembangunan gedung sekolah.

"Terpaksa pihak sekolah harus menggunakan gedung separuh jadi ini, padahal tak layak digunakan sebagai tempat belajar mengajar," terang Badrudin.

Ruangan guru SMP NU Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Zaelani, staf bagian Tata Usaha SMP NU menjelaskan, sekolah yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten BogorĀ ini berdiri pada tahun ajaran 20013/2014. Dan pada saat itu masih menumpang di SDN Cipayung 04.

"Awal 2015 pindah di gedung baru ini. Beli tanah sama bangun gedung terdiri tiga ruang kelas itu dananya murni dari yayasan sendiri," ujar Zaelani.

Namun dirinya tidak mengetahui alasan pihak yayasan lebih memilih kegiatan belajar mengajar di gedung yang berada di tengah kebun singkong ketimbang menumpang di SD.

"Ya mungkin daripada numpang lebih baik pakai gedung sendiri meskipun belum layak," ucap Zaelani.

Tak Ada Bantuan

Menurutnya, sejak gedung ini berdiri pihak sekolah tidak pernah bosan mengajukan proposal bantuan ke berbagai pihak tertutama pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor.

"Proposal bantuan sudah saya masukin ke bupati, bahkan gubernur. Tapi sampai saat ini tidak ada satu pun yang ditanggapi," keluhnya.

Zaelani menjelaskan sekolah ini didirikan untuk menunjang pendidikan warga di empat kampung Desa Cipayung Datar agar tidak putus sekolah.

"Sebelum sekolah ini ada angka putus sekolah cukup tinggi. Sebab, untuk tingkat SMP di sini tidak ada. Kalau pun ada, lokasinya jauh, dekat Jalan Raya Puncak," kata dia.

Karenanya, pihak sekolah berharap adanya bantuan dari berbagai pihak untuk membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar. "Karena setiap ruangan belum ada pintu dan jendela. Temboknya masih plester kasar," jelas Zaelani.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya