Alasan Gereja Kampung Sawah Konsisten Gunakan Adat Betawi

Marweni, salah satu anggota sekretariat dewan gereja itu mengatakan gereja tidak pernah memaksa jemaatnya menggunakan pakaian adat Betawi.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Des 2016, 06:24 WIB
Diterbitkan 25 Des 2016, 06:24 WIB
Ketika Natal Berpadu Kultur Betawi di Gereja Kampung Sawah
Para jemaat Kampung Sawah banyak yang mengenakan peci dan kerudung, yang umumnya dikenakan masyarakat Betawi.

Liputan6.com, Jakarta - Gereja Santo Servatius di Kampung Sawah, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, konsisten menerapkan sebagian adat Betawi dalam ibadah demi menjaga kebudayaan dan peradaban di Kampung Sawah.

Wakil Ketua Dewan Paroki Gereja Katolik Santo Servatius Matheus Nalih mengisahkan bahwa budaya Betawi telah digunakan oleh jemaat Katolik pertama di Kampung Sawah pada 1896.

"Sejak 1896, jemaat Katolik pertama sudah mengenakan pakaian Sadariah Betawi. Kami pertahankan itu karena faktor sederhana yaitu, budaya adalah refleksi peradaban. Jadi mempertahankan budaya adalah mempertahankan keberadaban," kata Matheus Nalih usai Misa Malam Natal, di Bekasi, Sabtu 24 Desember 2016.

Saat itu ada sebanyak 18 orang Betawi asli Kampung Sawah dibabtis oleh Pastor Schweitz. Setelah memeluk agama Katolik, 18 orang itu menggunakan tradisi Betawi pada acara agama warga Kampung Sawah.

Nalih mengatakan, karena terus-terusan menggunakan adat Betawi antara lain pakaian, makanan, musik dan ornamen gereja, membuat Gereja Katolik Santo Servatius dapat julukan "Gereja Betawi" dari masyarakat.

Marweni, salah satu anggota sekretariat dewan gereja itu mengatakan pihak gereja tidak pernah memaksa jemaatnya menggunakan pakaian adat Betawi. Justru jemaat sendiri yang berinisiatif mengenakan baju betawi saat digelar prosesi ibadah hari raya.

"Gereja tidak pernah meminta untuk mengenakan pakaian adat apa. Itu murni dari jemaat kami yang mau," kata Marweni seperti dikutip dari Antara.

Nalih menambahkan. "Tidak selalu pakai pakaian Betawi, hanya ada momen tertentu kami sarankan pakai adat Betawi yaitu pada acara Sedekah Bumi setiap 13 Mei."

Lebih lanjut, Nalih mengatakan pihak gereja juga mempertahankan bentuk bangunan dan ornamen gereja bernuansa Betawi agar tidak hilang karena Betawi adalah akar budaya warga Kampung Sawah.

"Tidak hanya bangunan, logat Betawi kami yang khas juga jangan sampai itu hilang," tambah dia.

Matheus Nalih mengatakan hingga saat ini sebagian keturunan dari generasi pertama itu masih ada, antara lain dengan nama keluarga Kaiin, Baiin, Noron, Napiun, Pepe dan Nathanael.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya