Liputan6.com, Jakarta - Anak-anak dari 700 orang korban kebakaran di Jalan Mangga Dua, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat masih dalam kondisi prihatin. Mereka bingung ketika memasuki masa sekolah kembali pada Senin, (9/1/2017) ini.
Sebab, kebakaran yang menghanguskan rumah mereka pada Kamis, 5 Januari 2017 malam telah membakar seluruh perangkat sekolah mereka. Anak-anak korban kebakaran inipun harus bersekolah dengan pakaian seadanya.
Tidak ada yang tersisa, buku, baju sekolah, tas, dan sepatu, mereka tidak punya. Alisa (8) terpaksa pergi sekolah dengan sandal dan seragam yang kebesaran. Ibunya pun harus menjelaskan kepada guru mengenai kondisi yang menimpa anaknya.
Advertisement
Anis (31), ibu Alisa bercerita, anak bungsunya sempat bertanya. "Ma, buku dan sepatu nanti ditanya guru," kata dia menirukan anaknya yang sekolah di SDN 06 Pagi Taman Sari, Jakarta Barat.
"Pas kebakaran, ndak sempat nyelamatin barang-barang," kata Anis pada Liputan6.com di lokasi pengungsian yang ada di seberang permukiman bekas kebakaran.
Anis mengaku hanya dapat bantuan seragam, tetapi tidak ada bantuan buku, tas, dan sepatu.
Sementara itu, Firmanudin, Camat Taman Sari membenarkan. Tidak ada sekolah darurat yang didirikan. Hal ini karena anak-anak korban kebakaran sebagian besar bersekolah tidak jauh dari lokasi.
"Kami sudah berikan 70 pasang seragam, mereka sekolah sekitar sana, jadi tak sekolah darurat," kata dia saat ditemui, Senin (9/1/2017).
Api melahap dengan cepat 90 rumah semipermanen dan permanen di lokasi. Sampai saat ini, para pengungsi masih di tiga lokasi penampungan. Tiga lokasi tersebut adalah Sekolah Dasar 08 Pinangsia, Sekolah Menengah Pertama 22 Pinangsia, dan Gereja Sion Pinangsia.
Api yang menghanguskan rumah warga mulai terlihat sekitar pukul 20.45 WIB. Petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi pada pukul 20.51 WIB. Kobaran api yang membakar permukiman penduduk baru bisa dipadamkan sekitar pukul 22.45 WIB karena hujan deras.
Dari pantauan Liputan6.com di lokasi, semua anak-anak sekolah sudah berangkat. Mereka pergi pagi sekali. Sebab, antrean mandi yang panjang membuat sebagian anak-anak terpaksa mandi di berbagai WC umum di sekitar kawasan Stasiun Jakarta Kota.