Ketum PKB: Intoleransi Bisa Perlemah Perekonomian

Menurut Muhaimin, isu SARA di Indonesia dan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, memberikan kesan negatif bagi pasar dunia.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 23 Jan 2017, 07:09 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2017, 07:09 WIB
Dipimpin Cak Imin, Fraksi PKB Dukung Kenaikan Harga BBM
Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar menggelar jumpa pers di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (18/11/2014). (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menegaskan partainya menolak sentimen SARA, sikap intoleransi dan radikalisme. Sebab ini, akan mempengaruhi ekonomi nasional.

"PKB sebagai partai modern, pembela Pancasila dan UUD 1945, menolak dengan tegas segala bentuk sentimen SARA, intoleransi, serta radikalisme agama. Ketegasan posisi ini, menjadi semakin mendesak, guna melindungi perekonomian rakyat," ucap Muhaimin, dalam pesan tertulis, Senin (23/1/2017).

Untuk itu, PKB menggelar diskusi panel, Graha CIMB Niaga, jalan Jenderal Sudirman, Jakarta hari ini. Tema yang diangkat adalah, mengenai 'SARA, Radikalisme dan Prospek Ekonomi 2017.

Turut hadir dalam acara tersebut, yakni Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Tenaga Kerja RI-Muhammad Hanif Dhakiri, Liky Sutikno-Chairman INACHAM (Indonesia Chamber of Commerce in China), Ekonom-Faisal Basri dan Sofjan Wanandi-Pengusaha dan Staf Ahli Koordinator Presiden RI.

Dengan diskusi ini, lanjut dia, menunjukan bagaimana upaya melindungi perekonomian nasional. Menurut Muhaimin, isu SARA di Indonesia dan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, memberikan kesan negatif bagi pasar dunia.

"Dampak terhadap hal itu, menyebabkan dunia usaha dan dunia keuangan was-was. Itu artinya, urat nadi ekonomi nasional tengah dibidik untuk dihancurkan, " kata pria yang karib disapa Cak Imin.

Dia pun mencontohkan bagaimana isu SARA dan radikalisme, menyebabkan ekonomi melemah. Misalnya, pertama munculnya penolakan terhadap salah satu industri roti lokal dan isu rush money.

"Kedua isu tersebut sempat menekan pergerakan saham kedua perusahaan, yang mencerminkan kekhawatiran investor akan dampak negatif dari isu tersebut terhadap pendapatan dan kinerja perusahaan," kata Cak Imin.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya