Liputan6.com, Jakarta - Pada bulan suci Ramadan 2025, Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan dialog lintas iman dengan tema Merayakan Keberagaman Memperkuat Toleransi. Hadir dalam dialog ini Menteri Agama Nasaruddin Umar, pemuka agama Katolik Romo Aloysius Wahyu E. Suseno, pemuka agama Buddha Bhante Dhirapunno, Motivator Abu Marlo, serta Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjhin.
Dialog yang diniatkan untuk memperkuat toleransi ini juga dihadiri oleh sekitar 700 orang peserta dari sekolah, universitas, institusi dan masyaraakat umum lainnya.
Advertisement
Nasaruddin Umar menekankan bahwa Indonesia ibarat lukisan yang indah. Beragam warna menyatu dengan harmonis, ibarat keberagaman yang ada di Indonesia. Tidak boleh ada kebencian yang hadir di Indonesia, karena semua agama dilandaskan pada cinta.
Advertisement
Nasaruddin juga mengemukakan bahwa pemerintah akan memasukkan kurikulum pengajaran yang berlandaskan cinta kasih untuk sekolah dan pendidikan agama yang bernaung di bawah Kementerian Agama. Sebagai penutup, Menteri Agama mengucapkan terima kasih atas inisiasi acara ini, karena dengan adanya dialog seperti ini, semakin terbuka ruang diskusi antar iman di Indonesia.
“Perbedaan itu harus dirayakan, karena perbedaan itu rahmat Tuhan. Kita harus mensyukuri dan sama-sama menjaga Indonesia”, jelas dia dalam keterangan tertulis, Selasa (18/3/2025).
Selanjutnya dialog yang dipandu oleh moderator Arto Biantoro, juga mengedepankan pengalaman setiap narasumber dalam membangun toleransi sekaligus membangkitkan kepedulian masyarakat untuk toleran.
Abu Marlo, mengamini pernyataan Menteri Agama, bahwa semua agama berlandaskan pada cinta, namun terkadang kefanatikan membuat manusia lupa akan nilai keimanan itu sendiri.
“Ketika kita menyatu dengan welas asihnya Tuhan, maka kemanusiaan itu akan hadir.” kata dia.
Harus Berkembang Baik
Sejalan dengan itu Romo Aloysius mengungkapkan bahwa apa yang apa yang disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia.
Sementara hadir mewakil agama Buddha, Bhante Dhirapunno menceritakan pengalamannya saat melakukan perjalanan keliling Indonesia dengan campervan mendapati bahwa masyarakat Indonesia merindukan keharmonisan.
“Sebagai manusia tak cukup hanya sekadar berkembang biak, tapi kita juga harus berkembang baik. Ketika kita mau keharmonisan, kita mau kerukunan, kita mau orang baik sama, maka kita juga harus mau membantu orang lain,” ujar Bhante Dhirapunno.
Dalam dialog tersebut hadir relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Hong Tjhin. Menurutnya, apa yang dilakukan Tzu Chi Indonesia selama ini adalah aksi nyata dari nilai-nilai kemanusiaan universal, yang ada di semua agama.
“Para relawan dan donatur Tzu Chi di Indonesia berasal dari lintas agama, yang dengan menjunjung tinggi nilai cinta kasih Tzu Chi menjalankan misi sosialnya di tanpa memandang latar belakang agama ataupun etnis,” ujar Hong Tjhin.
Advertisement
Tarian Nusantara
Acara ini menampilkan pula tarian nusantara Ratu Jaroe dari Aceh dan Senapelan dari Riau oleh Belantara Budaya, serta penampilan tari Tzu Chi School serta suara indah Raissa Anggiani dan Debora Patricia, sebelum kemudian ditutup dengan buka puasa bersama lintas iman, dengan menikmati masakan vegetarian.
Dialog Lintas Iman akan ditayangkan DAAI TV pada Hari Raya Idul Fitri, pukul 19.00 WIB, yang juga dapat disaksikan melalui streaming pada perangkat aplikasi DAAI+, yang bisa diunduh secara gratis di Playstore ataupun App Store.
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bergerak sebagai badan amal yang banyak membantu kehidupan masyarakat kurang mampu ataupun merka yang tertimpa bencana.
Kiprah Tzu Chi di Indonesia saat ini memasuki tahun ke 31, yang sesuai dengan pesan Master Cheng Yen pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, bahwa kebencian harus dihadapi dengan cinta kasih, dan segenap relawan yang tinggal dan mencari nafkah di Indonesia juga harus turut berkontribusi positif bagi negara tempat tinggalnya sebagaimana semboyan dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
