Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) meminta umat Islam untuk tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa dan tak terpecah hanya karena pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada).
"Tetap kedepankan asas politik yang santun, jujur, dan bermartabat karena itulah akhlak umat Islam. Apa pun hasilnya pilkada, harus diterima dengan lapang dada oleh semua pihak, baik paslon yang masuk putaran dua maupun yang tersingkir, termasuk juga para pendukungnya," ujar Wakil Ketua ICMI Priyo Budi Santoso di Jakarta, Kamis (17/2/2017).
Ia menekankan, dalam mendulang suara dari pilkada putaran berikutnya, harus dilakukan dengan cara-cara simpatik, demokratis, dan elegan. Jangan sampai ada aksi anarkis dan tidak terpuji yang dilakukan demi memenangkan pasangan calon yang didukungnya.
Advertisement
"Yang harus dipahami, dalam setiap kompetisi akan selalu ada pihak yang kalah dan menang. Jadi jangan terlalu berlebihan menyikapi hasil pilkada ini, terlebih dengan sikap yang bisa mengancam persatuan bangsa," ucap Priyo dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.
Priyo berharap persaingan di pilkada serentak 2017 tidak mengganggu kerukunan antar-umat beragama dan antar-etnis yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk.
"Agar proses pilkada tetap jujur, maka kita semua punya kewajiban untuk mengawal dan mengawasi jalannya Pilkada agar berjalan bersih dan bebas dari money politics dan kecurangan," kata dia.
Politikus Partai Golkar itu mengatakan, jika memang ditemukan indikasi adanya kecurangan, ia berharap warga segera melapor kepada pihak yang berwenang, seperti KPU dan Bawaslu, agar ditindaklanjuti.
"Jangan bertindak sendiri, apalagi sampai mengeluarkan ujaran kebencian (hate speech) dan melakukan tindakan yang berpotensi memecah masyarakat, termasuk umat beragama di Tanah Air," Priyo menandaskan.
Dikatakannya, salah satu tugas ICMI sebagai cendekiawan adalah harus mampu membimbing rakyat dengan intelektualitas agar bisa memilih pemimpin yang benar-benar mendapat simpati rakyat dan mampu menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa.
"Karena itu, para calon yang masuk putaran kedua harus merebut simpati masyarakat dengan menunjukkan bahwa dirinya memang pantas untuk dipilih sebagai pemimpin. Tentu dengan program kampanye yang mencerahkan, bukan ajang caci maki atau black campaign," ucap Priyo.