Kapolri: Bom Panci Bandung Fenomena Baru

Menurut Kapolri, untuk kasus seperti bom panci Bandung perlu penanganan sendiri, karena agak berbeda dengan jaringan lain yang terstruktur.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 10 Jul 2017, 04:11 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2017, 04:11 WIB
Bom Panci Bandung
Kapolri Jenderal Tito Karnavian memberikan Sambutan saat acara pelantikan perwira tinggi kepolisian di Mabes Polri, Jakarta, Jum'at (28/4). Hari ini Kapolri resmi melantik 6 Kapolda Baru dan Kepala Divisi Humas Mabes Polri. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Manado - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan bom panci Bandung yang terjadi pada Sabtu, 8 Juli 2017 merupakan fenomena baru.

"Bom panci ini di luar struktur, belum terkait dengan jaringan tertentu. Tapi yang bersangkutan pendukung ISIS, ini sekarang fenomena baru," ujar Kapolri saat memantau pemeriksaan di Bandara Sam Ratulangi Manado, Minggu, 9 Juli 2017.

Kapolri menjelaskan, bom panci Bandung adalah fenomena baru yang sebenarnya di luar negeri itu sudah ada sejak 10 tahun lalu, seperti Al-Qaeda.

"Orang baca internet, teradikalisasi karena internet, belajar membuat bom sendiri. Melakukan penyerangan sendiri," kata dia.

Yang terjadi di pada bom panci Bandung juga sama, yakni belajar dari internet, setelah itu coba-coba sendiri.

"Membuat bom itu tak gampang. Salah sedikit meledak sendiri, yang kemarin itu meledak sendiri. Tuhan juga melindungi kita," ujar jenderal bintang empat ini.

Menurut Tito, untuk kasus seperti bom panci Bandung perlu penanganan sendiri, karena agak berbeda dengan jaringan lain yang terstruktur, sehingga deteksi intelijen penting.

"Tapi menangani yang seperti ini patroli deteksi internet harus kuat. Kekuatan siber kita harus kuat. Yang kedua adalah kontra radikalisasi, karena tak cukup hanya intelijen," kata dia.

Kapolri menambahkan, kontraradikalisasi ini untuk mencegah jangan sampai masyarakat yang rentan terhadap isu radikalisme menjadi terpengaruh dengan faham-faham tersebut.

"Kontraradikalisasi ini melibatkan banyak pihak, tak cukup intelijen. Agar kelompok rentan itu tidak menjadi teroris," Kapolri menandaskan.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya