Liputan6.com, Jakarta - Presidium Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Mahfud MD, menilai Islam tidak mengharuskan sistem negara berbentuk khilafah. Itu karena, menurut Mahfud, tidak ada sumber atau perintah untuk mendirikan sebuah sistem kenegaraan berbentuk khilafah.
Pernyataan tersebut menanggapi pemahaman ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang meyakini bahwa sistem khilafah merupakan sistem kenegaraan dalam Islam.
Baca Juga
"Tidak ada dalam sumber primer Islam seperti Alquran dan Hadits yang memerintah untuk membentuk sistem negara khilafah. Kalau hasil ijtihad dari ulama tentang khilafah memang ada," ujar Mahfud MD di Pamekasan, Jawa Timur, Minggu, 27 Agustus 2017.
Advertisement
Mahfud menilai konsep negara dalam Islam sangat beragam. Banyak ulama terdahulu berbeda pendapat mengenai sistem kenegaraan dalam Islam.Â
"Makanya, konsep ulama Islam terdahulu tentang khilafah itu berbeda, antara Al-Maududi dengan Al-Afagani," ujar mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu seperti dilansir Antara.
Mahfud menyebutkan, konsep khilafah ulama terdahulu yang diterapkan di sebagian jazirah Arab, adalah konsep sistem negara yang sesuai dengan masanya.
"Jadi itu merupakan hasil ijtihad ulama yang sesuai pada masa itu," ucap Mahfud.
Sistem Demokrasi Final
Mahfud juga menjelaskan, para ulama Indonesia, sebenarnya tidak kalah dengan tokoh-tokoh Islam, seperti Al-Maududi dan Al-Afgani, saat menetapkan pilihan bahwa demokrasi Pancasila sebagai sebuah sistem negara di Indonesia.
Sebagaimana sistem negara khilafah, ucap Machfud, sistem negara dengan Demokrasi Pancasila juga bagian dari ijtihad ulama dan pendahulu bangsa ini.
"Karena Demokrasi Pancasila sudah menjadi kesepakatan, maka sebagai warga bangsa dan warga negara, kita berkewajiban menjaga keutuhan bangsa, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia ini," ucap Mahfud.
Guru besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini malah mencurigai bahwa keinginan sebagian kelompok Islam untuk membentuk negara dengan sistem khilafah itu merupakan bentuk nyata dari perkiraan ilmuwan barat Samuel Huntington yang disebut "Benturan Peradaban".
"Samuel memperkirakan, akan terjadi benturan peradaban yang disebut kelompok radikal, setelah runtuhnya sosialisme, karena musuh liberalisme bukan lagi sosialisme, tetapi kelompok radikal yang anti-modernisasi dan liberalisme," Mahfud menandaskan.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Advertisement