Liputan6.com, Karangasem - Asap Gunung Agung membumbung setinggi 1,5 kilometer, pukul 20.30 Wita, Sabtu 7 Oktober 2017. Asap itu didominasi oleh uap air.
"99 persen uap air," kata Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suantika di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin (9/10/2017).
Menurut dia, suhu uap air yang dihasilkan mencapai 100 derajat Celcius. Angka itu tercatat di mulut kawah Gunung Agung.
Advertisement
Sementara, suhu uap air dalam perut gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut jauh lebih panas lagi. "Di dasar Gunung Agung panasnya mencapai 200-300 derajat celcius," jelas Gede Suantika.
Dia menegaskan, asap putih yang terlihat dari kawah Gunung Agung mulai Sabtu malam bukan letusan. "Itu aktivitas solfatara," ujar dia.
Dia menyebut asap tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh curah hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir di daerah sekitar gunung. Air hujan kemudian masuk ke kawah dan terjadi pemanasan di dalam perut Gunung Agung.
"Kemungkinan penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi tiga hari terakhir," Kata Gede Suantika.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tetap Bahaya
Walau mayoritas kandungan asap itu adalah uap air, dia tetap melarang masyarakat mendekat. Sebab, asap tersebut tetap berbahaya.
"Kalau kita mendekat jelas berbahaya. Bau belerang sudah sangat menyengat. Radius 700 meter sudah sangat menyengat. Diameter kawahnya kan 900 meter," tambah Gede Suantika.
Sementara itu dari hasil evaluasi hari ini, aktivitas kegempaan Gunung Agung masih kritis. "Gempa vulkanik dalam di angka 500-600 kali, gempa vulkanik dangkal 300-350 kali dan gempa tektonik lokalnya 60-70," kata Gede Suantika.
Advertisement