Liputan6.com, Jakarta - Garis polisi telah melintang di depan ruko bercat biru yang berlokasi di Blok A-16, Ruko Plaza Harmoni, Gambir, Jakarta Pusat. Tampak luar, ruko dengan design lima lantai itu tidak terdapat perbedaan dengan bangunan di sebelahnya.
Menurut penjaga keamanan di Ruko Plaza Harmoni yang enggan disebutkan namanya, lokasi yang digrebek petugas Kepolisian pada Jumat 6 Oktober 2017 itu telah beroperasi hampir dua tahun lamanya. Bahkan rumor lokasi yang digunakan tempat pesta seks gay dengan berkedok spa itu sudah diketahui warga sekitar.
Tak hanya itu, selama hampir setahun pada 2017, lokasi yang beroperasi mulai sore hingga dini hari itu sudah beberapa kali menerima penolakan dari mahasiswa hingga organisasi kemasyarakatan atau ormas. Mereka beramai-ramai menolak adanya Lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di lingkungannya.
Advertisement
"Udah dua sampai tiga kali udah sering di demo, pernah mahasiswa, ormas dan majelis pengajian gitu," ucap dia kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (9/10/2017).
Menurutnya, jumlah pengunjuk rasa tidak lebih dari 50 orang dan berlokasi di Jalan Suryopranoto, tepat di pintu keluar ruko blok A. Setiap kali didemo, klub T1 berhenti beroperasi beberapa hari sebelum dan setelah kejadian.
"Pokoknya kalau ada demo itu ruko itu tutup. Polisi juga sudah berjaga," jelas dia.
Untuk para pelanggan yang berdatangan, kata dia, tidak semua mengendari sepeda motor ataupun kendaraan roda empat. Adapula dari mereka yang berjalan kaki.
Petugas keamanan yang sudah berkerja selama enam tahun itu menyatakan, pelanggan bukan hanya warga negara Indonesia (WNI) saja, melainkan warga negara asing (WNA). Pengunjung menyambangi Klub T1 itu setiap Jumat malam dan Sabtu malam.
"Gagah-gagah, ganteng-ganteng orangnya. Banyak bule juga," ujar dia.
Olah TKP
Polres Metro Jakarta Pusat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Klub T1 Blok A-16, Ruko Plaza Harmoni, Gambir, Jakarta Pusat. Dalam olah TKP itu, hadir lima tersangka yang terdiri dari pegawai, pengelola hingga kasir.
Mereka mengenakan pakaian tahanan berwarna merah dengan penutup kepala berwarna hitam.
Saat memasuki ruangan, lampu yang didominasi warna biru dan sedikit remang-remang menyambut siapapun yang datang. Di ruangan pelanggan, mereka disuguhkan pintu masuk yang langsung bertemu petugas resepsionis dengan meja panjang berukuran 150 meter yang menyediakan banyak kunci loker.
Harga yang ditawarkan kepada pelanggan juga sangat bervariatif, yakni untuk umum dikenakan harga Rp 165 ribu, di bawah umur 30 tahun dikenakan biaya Rp 100 ribu dan untuk lelaki bertato dikenakan biaya Rp 130 ribu.
"Pengunjung akan diberikan kunci loker dan langsung menuju lantai dua," ucap Kabag Ops Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Asfuri.
Saat memasuki lantai dua, pelanggan akan bertemu dengan karyawan dan akan diberikan handuk dan beberapa alat keperluan untuk melakukan hubungan seksual.
Setelah berganti pakaian, pelanggan akan langsung diarahkan ke lantai tiga yang sudah di sediakan sebanyak 21 bilik untuk mereka. Untuk lantai empat, juga disediakan kolam renang berukuran sedang yang cukup digunakan sebanyak 2 hingga empat pelanggan.
Tak hanya itu, di tempat tersebut juga tersedia lokasi penjualan pakaian renang dan dapur untuk pelanggan. Sedangkan di lantai paling atas, yakni lantai lima hanya disediakan kolam renang.
"Itu untuk bercengkrama dan berhubungan jenis dengan pasangannya," jelas Asfuri.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement