Generasi Milenial Pantau Khofifah dan Gus Ipul Lewat Medsos

Generasi milenial dinilai menjadi kunci di Pilkada Jatim. Jika kandidat mampu mengambil hati generasi Y, itu akan sangat menguntungkan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 02 Nov 2017, 06:54 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2017, 06:54 WIB
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa (17/10). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Surabaya - Lembaga survei IT-Riset Politic Consultant (iPol) Indonesia melakukan riset kepada generasi millenial atau pemilih pemuda mengenai keterlibatannya di Pilkada Jawa Timur 2018.

Hasilnya, generasi millenial tersebut ternyata aktif memantau pergerakan sejumlah nama bakal calon gubernur (bacagub) Jawa Timur, melalui media sosial (medsos), di antaranya Khofifah Indar Parawansa, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, serta La Nyalla Mattalitti.

"Dari statistik, bonus demografi Jawa Timur adalah 43,97 persen dari total penduduk yang mencapai 38,85 juta jiwa. Artinya, sekitar 17,1 juta adalah usia produktif yang masuk kategori pemilih rasional," tutur CEO iPol Indonesia, Petrus Hariyanto di Surabaya, Rabu (1/11/2017).

Dari jumlah tersebut, generasi milenial mencapai 37,68 persen jumlah penduduk adalah kaum milenial yang mencapai 14.508.800. Sebutan milenial merujuk pada individu yang lahir pada 1981-1994 yang masuk dalam kategori pemilih rasional.

"Dengan jumlah sebanyak itu, generasi ini menjadi target kampanye kandidat dalam penyampaian pesan. Pemilih milenial lebih percaya User Generated Content (UGC). Artinya, konten yang dipublikasikan oleh timses atau relawan kandidat melalui media massa tidak serta merta memengaruhi keputusan pemilih," kata Petrus.

Dia menjelaskan, selama tiga bulan terakhir mulai 1 Agustus hingga 31 Oktober 2017, pihaknya melakukan simulasi 3 calon gubernur Jawa Timur, yaitu Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Khofifah, dan La Nyalla Matalliti. Hasilnya, terdapat 29.806 unggahan tentang Khofifah, disusul Gus Ipul sebanyak 16.151, dan La Nyalla 4.413.

"Dari data tersebut, jumlah posting terbanyak yang membicarakan pilgub Jatim adalah warganet yang berumur 18 – 35 tahun. Sosok Gus Ipul dibicarakan sebanyak 51,3 persen, Khofifah 50,5 persen dan La Nyalla 55,9 persen," ucap Petrus.

Dia juga menyebut, sebagai pemilih rasional, kelompok milenial cenderung lebih cerdas dengan melakukan analisis berdasarkan pertimbangan komentar publik.

"Mereka bersosialisasi secara word of mouth atau getok tular. Dalam bersosialisasi membahas pilgub, mereka cenderung kritis terhadap kandidat, dan langsung menganalisis rekam jejak kandidat. Menariknya, semua dilakukan lewat akses mobile internet," ujarnya.

Rekam Jejak Jadi Kunci

Petrus mengatakan, saat ini di Jawa Timur terdapat sekitar 13 juta pengguna Facebook (FB), dan rentan usia yang paling aktif berselancar adalah usia 18-35 tahun.

Generasi Y ini aktif memantau informasi akun FB dan membicarakan kandidat Pilgub Jawa Timur secara intens, serta membandingkan apa saja yang dilakukan para kandidat termasuk rekam jejaknya.

"Rekam jejak menjadi kata kunci kandidat. Jadi jangan harap para pemilih milenial ini akan terpesona dengan janji manis yang ditawarkan. Sebab sebagai pemilih rasional, kaum milenial lebih cerdas dalam menentukan pilihan," kata Petrus.

Ia menyampaikan, generasi milenial menjadi kunci. Jika para kandidat mampu mengambil hati generasi Y, itu tentu sangat menguntungkan.

Petrus memaparkan, untuk konteks mengambil hati pemilih milenial, apabila kandidat berusia tua, maka idelanya harus mampu merepresentasikan diri agar diterima di kalangan milenial. "Misalnya berpikir smart, visioner, peka zaman, dan lain-lain," ujar dia.

Petrus menegaskan, pemilih milenial sebagai motor viral informasi adalah kunci kemenangan bagi para kandidat. Syaratnya, para kandidat harus memiliki cara khusus untuk mengelola isu.

Survei iPol ini tidak memotret masalah elektabilitas, popularitas, maupun aksebilitas para kandidat, termasuk mencermati masalah margin of error-nya.

"Kita tidak memihak calon mana pun, iPol hanya mengkaji pemilihan rasional berdasarkan sejumlah pemberitaan media massa yang diviralkan melalui media sosial," Petrus menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya