Liputan6.com, Jakarta - Menginjakkan kaki di Tanah Suci menjadi dambaan setiap Muslim. Baik untuk menunaikan ibadah umrah maupun haji, keinginan itu tidak sekadar berakar dari keinginan fisik, tapi juga dari dorongan batin yang mendalam.
Tak sedikit yang merasa putus asa karena belum juga diberi kesempatan untuk berangkat. Banyak yang berpikir bahwa dana ailas uang adalah kendala utama. Namun, dalam perspektif keislaman, ada hal yang lebih penting dari sekadar kesiapan materi.
Advertisement
Ulama sekaligus pendakwah kharismatik yang sering mengupas masalah harian KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang dikenal dengan Buya Yahya menekankan bahwa kunci untuk dimudahkan dalam melaksanakan umrah dan haji adalah kerinduan hati yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya.
Advertisement
Menurut Buya Yahya, bukan tubuh yang lebih dulu sampai ke Makkah dan Madinah, melainkan hati yang harus lebih dulu hadir di sana. Kerinduan kepada rumah Allah dan Nabi Muhammad SAW harus lebih dulu tumbuh di dalam sanubari.
Kerinduan itu yang nantinya akan menggerakkan seseorang untuk bersungguh-sungguh dalam usaha, baik secara lahir maupun batin, agar bisa sampai ke Tanah Suci.
Dikutip Kamis (24/04/2025) dari tayangan video di kanal YT @albahjah-tv, Buya Yahya menegaskan bahwa perjalanan ke Makkah dan Madinah seharusnya bukan dianggap sebagai kegiatan rekreasi atau wisata semata.
Setiap langkah menuju Haramain adalah perjalanan cinta yang penuh makna spiritual. Seorang Muslim harus menghadirkan rasa rindu yang dalam kepada Baitullah dan kepada Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Rasa Rindu yang Mendorongnya Berdoa dan Berusaha
Rasa rindu ini akan menjadi dorongan utama untuk terus berdoa dan berusaha, bukan hanya mengandalkan perhitungan materi yang seringkali terbatas dan berubah-ubah.
Buya Yahya juga mengingatkan bahwa sholat di Masjidil Haram memiliki pahala yang berlipat-lipat, dan memandang Ka’bah bisa menjadi momen yang sangat mendalam jika dilandasi dengan hati yang bersih dan niat yang tulus.
Begitu pula dengan ziarah ke Madinah. Kerinduan kepada Rasulullah SAW bukan hanya karena ingin melihat tempat sejarah, tapi juga untuk mendapatkan syafaat dan berharap dapat bersama dengan Rasul di akhirat.
Buya Yahya menyebutkan bahwa usaha untuk sampai ke Tanah Suci harus mencakup dua sisi: usaha lahir dan usaha batin. Keduanya tidak bisa dipisahkan jika seseorang ingin mendapatkan hasil yang berkah.
Mengumpulkan rezeki untuk berangkat haji atau umrah memang perlu. Tapi yang lebih penting adalah menjaga kehalalan rezeki tersebut agar perjalanan tidak ternodai oleh harta yang tidak diridhai Allah.
Rizki yang halal adalah kendaraan utama yang akan membawa seseorang menuju Tanah Suci, bukan uang dalam jumlah besar yang diperoleh dengan cara yang keliru.
Rindu yang tulus kepada Makkah dan Madinah akan membuat seseorang lebih ringan dalam berinfak, lebih ikhlas dalam berdoa, dan lebih kuat dalam menghadapi rintangan di jalan Allah.
Advertisement
Makna Ziarah di Tempat Suci
Buya Yahya menyarankan agar umat Islam membiasakan berdoa agar dimudahkan untuk sampai ke Haramain. Memohonlah kepada Allah dengan kalimat yang penuh pengharapan dan kerendahan hati.
Selain berdoa, teruslah berusaha dengan cara yang benar. Jangan pernah merasa usaha kecil tidak berarti. Justru dari langkah-langkah sederhana itulah Allah sering membuka pintu kemudahan yang tak disangka-sangka.
Buya Yahya juga menyampaikan bahwa ketika seseorang benar-benar telah sampai ke Masjid Nabawi dan berdiri di hadapan makam Nabi Muhammad SAW, hendaknya ia mengucap salam dengan penuh cinta.
Kalimat “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh” bukan sekadar ucapan, tapi simbol dari kerinduan dan cinta yang telah lama dipendam dalam doa-doa yang dikirimkan dari jauh.
Ziarah ke tempat-tempat suci di Makkah dan Madinah bukan hanya tentang foto atau dokumentasi, tapi tentang menyambung batin dengan sejarah agung Islam dan tokoh utamanya, Rasulullah SAW.
Dengan menanamkan cinta karena Allah, setiap Muslim akan lebih mudah menjaga niat dalam ibadah, termasuk saat berada di tempat-tempat yang dimuliakan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Perjalanan umrah dan haji sejatinya adalah perjalanan spiritual. Maka dari itu, persiapannya pun harus dimulai dari dalam hati, bukan dari luar saja.
Buya Yahya menutup nasihatnya dengan doa agar siapa pun yang mendengarkan ceramahterseut dimudahkan oleh Allah untuk bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci, baik untuk umrah maupun haji.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
