Liputan6SCTV, Batola - Permukiman transmigrasi di wilayah Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Batola, Kalimantan Selatan, layaknya permukiman tak bertuan. Sulitnya akses jalan untuk keluar masuk ke permukiman, lahan yang sulit digarap, serta tidak adanya fasilitas listrik, diduga menjadi penyebabnya.
Seperti ditayangkan Liputan6 Petang SCTV, Kamis (23/11/2017), kawasan transmigrasi di Desa Bahandang, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Batola, seolah kembali seperti sebelum menjadi kawasan permukiman. Rumput menjulang tinggi, akses jalan yang tampak makin sempit karena tak terawat, jembatan kayu yang rusak, hingga rumah-rumah yang menunggu roboh, karena tak terurus setelah ditinggal pemiliknya.
Pada tahun 2004 hingga 2005 silam, tercatat 500 kepala keluarga menghuni permukiman transmigrasi ini. Namun kini hanya tersisa 46 kepala keluarga yang masih bertahan.
Advertisement
Dua kepala keluarga dari Pulau Jawa, dan 44 lainnya transmigran lokal. Menurut warga transmigran yang masih bertahan, ada sejumlah hal yang menyebabkan sebagian besar dari mereka meninggalkan permukiman.
Pemandangan serupa juga terlihat di permukiman transmigrasi di Desa Cahaya Baru. Awalnya dihuni 125 kepala keluarga transmigran, kini hanya tersisa 57 kepala keluarga. Sebagian besar transmigran justru pergi sejak tahun pertama penempatan.
Warga transmigrasi sangat berharap perhatian baik dari pihak pemerintahan desa maupun dari pihak pemerintah kabupaten, untuk mengatasi kesulitan warga di kawasan transmigrasi di Desa Bahandang dan Desa Cahaya Baru.