Pensiun, Buwas Ingin Jadi Bapak Rumah Tangga

Buwas mengaku memiliki alasan khusus, memilih menjadi bapak rumah tangga. Padahal, selama ini, dia dikenal berani dan nyentrik saat memberantas peredaran narkoba.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 01 Mar 2018, 09:19 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2018, 09:19 WIB
Buwas
Sosok yang menginspirasinya untuk menyukai mobil 4x4 dan senapan berburu tak lain adalah sang ayah. (Liputan6.com/Andry)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi melantik pengganti Komjen Budi Waseso atau Buwas sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Buwas pun resmi pensiun.

Lalu, apa yang akan dilakukan Buwas pada masa pensiunnya?

Jenderal bintang tiga polisi itu mengaku ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. Jadi bapak rumah tangga, istilah dia.

"Yang pasti saya jadi bapak rumah tangga membantu ibu rumah tangga," ujar Buwas sebelum pelantikan Kepala BNN baru, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (1/3/2018).

Dia mengaku memiliki alasan khusus memilih menjadi bapak rumah tangga. Padahal, selama ini, Buwas dikenal berani dan nyentrik saat memberantas peredaran narkoba.

"Yang jelas jadi bapak rumah tangga karena saya harus mulai lindungi anak-cucu saya dari permasalahan narkoba," kata Buwas.

Buaya, Hantu dan Hiu

20150908-Anang Resmi Serahkan Jabatan Kepala BNN kepada Budi Waseso-Jakarta
Komjen Pol Budi Waseso saat acara pelantikan dirinya sebagai Kepala BNN di Kantor BNN, Jakarta, Selasa (8/9). Buwas resmi menggantikan Komjen Pol Anang Iskandar sebagai Kepala BNN. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Budi Waseso atau Buwas terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang nyentrik semenjak menjadi Kabareskrim Polri. Buwas saat menjadi Kepala BNN pernah menggelontorkan sejumlah wacana untuk pencegahan pemberantasan narkoba.

Buwas pernah dibuat jengkel dengan peredaran narkoba dari lapas. Dia menyebut 50 persen peredaran narkoba di Indonesia dikendalikan dari lapas. Namun, masalah ini sulit terselesaikan. Terlebih, pihak lapas beralasan kekurangan petugas jaga.

Saking jengkelnya, dia sampai memilih untuk menggunakan hantu kalau memang bisa untuk menjaga operasi barang haram di balik jeruji besi.

"Selalu berkelit kelebihan kapasitas. Manusianya kurang. Ya saya kan sudah sering bilang kalau sudah tidak percaya manusia ya kita kerja sama dengan buaya. Kalau bisa pakai hantu ya pakai hantu yang jaga," tutur Budi Waseso di Kantor BNN, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (25/7/2017).

Wacana ini kembali digelontorkannya saat Ditjen Pas Kemenkumham berencana menerapkan sistem "one person one prison" atau satu orang satu sel untuk napi narkoba. Sistem itu diterapkan untuk mencegah pengendalian dan peredaran narkoba di lapas.

"Saya bilang, kalau uji coba (sistem one person one prison) terakhir ini tidak bisa, praktikkan ide saya dengan dijaga oleh buaya. Karena buaya tidak bisa disuap, tidak bisa dipengaruhi," ujar Buwas di Kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (22/8/2017).

Buwas juga geram saat kasus penyelundupan sabu 1 ton di kawasan Batam, Kepulauan Riau terungkap. Untuk para pelaku dan bandar narkoba lainnya, dia menyebut lebih baik langsung dijadikan makanan hiu saja daripada kasusnya dikembangkan.

"Tidak usah lagi ditangkap. Kalau perlu dipotong-potong kasih ikan hiu. Jadi mahal siripnya, makan ikan bandar," tutur Budi Waseso di Kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (20/2/2018).

Dia pun memerintahkan anggotanya agar bertindak tegas dengan menembak mati setiap pengedar narkoba. Dia menilai, cara itu cukup efektif untuk memutus mata rantai penyelundupan dan peredaran narkoba di Indonesia.

"Penegakan hukum di Indonesia selama ini kurang tegas dalam hal masalah narkotika. Itu sebabnya Indonesia menjadi negara sasaran bagi 11 negara penyuplai obat-obatan terlarang," ujar Budi Waseso di Surabaya, Jawa Timur, Kamis 11 Januari 2018.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya