Uniknya Tradisi Perang Air Usai Nyepi di Bali

Ritual pengambilan air ini dilakukan dua kelompok warga dilengkapi dengan beraneka persembahan sebagai rasa hormat dan ungkapan terima kasih kepada sang pencipta.

oleh Sunariyah diperbarui 19 Mar 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2018, 07:00 WIB

Fokus, Bali - Berbagai tradisi digelar umat Hindu Bali usai merayakan Nyepi atau pada hari Ngembak Geni. Salah satunya tradisi Siat Yeh atau perang air yang digelar warga Banjar Teba, Jimbaran, Badung.

Seperti ditayangkan Fokus Pagi Indosiar, Senin (19/3/2018), tradisi Siat Yeh atau perang air di Banjar Yeba, Jimbaran, diawali dengan prosesi pengambilan air laut yang berada di sisi barat Desa Jimbaran dan air suwung atau air hutan bakau yang ada di sisi timur Desa Jimbaran.

Ritual pengambilan air ini dilakukan dua kelompok warga dilengkapi dengan beraneka persembahan sebagai rasa hormat dan ungkapan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Sang Maha Pencipta.

Selanjutnya, dua air dari dua sisi berlawanan ini dipertemukan dan disatukan di pusat Banjar Teba. Dua kelompok pemuda pemudi pun bersiap melakukan aksi Siat Yeh atau perang air. Satu kelompok menggunakan air dari laut, sementara musuhnya menggunakan air hutan bakau.

Perang air diiringi Gamelan Baleganjur dengan tujuan untuk membakar semangat. Saat nyanyian berhenti, mereka langsung saling menyerang dengan air.

Tradisi ini telah dialakukan sejak puluhan tahun silam oleh para tetua Banjar Teba Desa Jimbaran. Tujuannya untuk menyatukan potensi dalam membangun desa.

"Semangat kita adalah menyatukan berbagai macam kekuatan. Karena sumber air itu ada di timur dan barat," kata Panglingsir Puri Anak Agung Yusa Asana Putra.

Awalnya, Siat Yeh dilakukan sore hari saat perayaan Nyepi. Namun kini dilakukan setelah perayaan Nyepi karena disesuaikan dengan tradisi di seluruh daerah di Pulau Bali.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya