Soal Potensi Tsunami 57 Meter di Pandeglang, Ini Penjelasan BNPB

BPPT memprediksi tsunami 57 meter diprediksi akan menerjang kawasan Pandeglang.

oleh Muhammad Ali diperbarui 04 Apr 2018, 13:14 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2018, 13:14 WIB
Tenda warga yang mengungsi di perkebunan teh milik PT Nirmala di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, mereka juga menjadi korban gempa Banten pada 23 Januari lalu. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)
Tenda warga yang mengungsi di perkebunan teh milik PT Nirmala di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, mereka juga menjadi korban gempa Banten pada 23 Januari lalu. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memprediksi tsunami 57 meter diprediksi akan menerjang kawasan Pandeglang. Bahkan bencana itu diperkirakan mencapai Jakarta Utara.

Menurut Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugoroho, potensi tsunami 57 meter itu akan terjadi jika kawasan selatan Jawa Barat dan Selat Sunda diguncang gempa megathrust 8,8-9 SR .

"Masyarakat dihimbau tidak panik. Tidak perlu menyikapi dengan berlebihan," tulis Sutopo dalam @Sutopo_PN yang dikutip Liputan6.com di Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Dia menegaskan, hingga kini belum ada ilmu pengetahuan yang mampu memprediksi gempa secara pasti. Baik besarannya, lokasi, maupun waktu peristiwa.

"Dalam sejarah terbentuknya Kepulauan Indonesia gempa dan tsunami pernah terjadi karena bergeraknya lempeng tektonik. Wilayah Indonesia memang rawan gempa," tulis dia.

Potensi gempa megathrust, lanjut Sutopo, diakuinya akan terjadi di Selatan Jawa dan Selat Sunda. Namun terkait dengan tingginya ombak tsunami yang mencapai 57 meter, disebutkan belum tentu seperti itu.

"Tinggi tsunami 57 meter di Pandeglang adalah modeling tsunami dengan menggunakan skenario terburuk berdasarkan teoritis, yang waktu kejadiannya tidak dapat diprediksi secara pasti," jelas dia.

Potensi tsunami juga dapat terjadi di daerah lain yang berada di zona subduksi di wilayah Indonesia. Tapi tidak dapat diprediksi pasti. "Yang penting kita perlu meningkatkan kesiapsigaan menghadapi bencana," tegas Sutopo.

 

Rawan Gempa

Takut Longsor, Warga Malasari Bogor Tinggal di Kebun Teh
Isi tenda warga yang mengungsi di perkebunan teh milik PT Nirmala di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, mereka juga menjadi korban gempa Banten pada 23 Januari lalu. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Mitigasi struktural dan nonstruktural perlu ditingkatkan. Secara alamiah Indonesia memang rawan gempa dan tsunami. Untuk itu mitigasi dan kesiapsiagaan masyarakat harus diperkuat.

"Sosialisasi, penataan ruang, mitigasi, gladi, pendidikan kebencanaan perlu ditingkatkan. Yang penting kita harus siap. Jika tidak terjadi tsunami tidak masalah tetapi semuanya siap mengantisipasi," terang Sutopo.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya